BELAJAR DAN PERANAN PSIKOLOGI BELAJAR
I.
Petunjuk Umum
Ketentuan umum memuat
penjelasan tentang langkah-langkah yang akan ditempuh dalam perkuliah, sebagai
berikut :
1.
Kompetensi Dasar
Setelah perkuliahan berakhir, mahasiswa dapat mengetahui
dan menjelaskan peranan dan fokus psikologi belajar.
2.
Materi
B. Macam-macam aktivitas yang disebut belajar
C. Fokus perhatian psikologi belajar; (a) Anak didik; (b) Proses Belajar; (c) Situasi Belajar.
3.
Indikator Pencapaian
Mahasiswa dapat merumuskan pengertian, arti penting
belajar, macam-macam aktivitas dan ciri-ciri belajar, peranan dan fokus
perhatian psikologi belajar.
4.
Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran
yang digunakan adalah interactive lecturing, ceramah, Small Group Discusion, dilanjutkan dengan stand rolling cognitive. Waktu 100 menit.
5. Evaluasi
Setelah
kegiatan perkuliahan berakhir; (a) mahasiswa diminta untuk menjawab beberapa
pertanyaan yang terkait dengan materi kuliah yang telah diajarkan, sehingga
dapat diketahui seberapa jauh tujuan pembelajaran dalam pembahasan
materi tersebut dapat tercapai. (b) mahasiswa ditugasi untuk membuat resume
materi perkuliahan dan dikumpulkan sebagai kegiatan aktivitas kelas.
II. Materi Kuliah
Modul III
BELAJAR
DAN PERANAN PSIKOLOGI BELAJAR:
A.
Pengertian dan Arti Penting Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kata yang tidak asing dan sudah akrab dengan semua orang.
Bagi pelajar dan mahasiswa kata belajar merupakan kata yang tidak asing lagi
bagi mereka. Bahkan sudah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari semua
kegiatan dalam mengikuti pendidikan. Akan tetapi dari semua itu, kenyataannya
tidak semua orang mengetahui apa batasan dan esensi belajar itu sendiri.
Banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari
ilmu pengetahuan. Ada yang lebih
khusus mengartikan belajar adalah menyerap ilmu pengetahuan. Jika
konsep ini digunakan, maka orang yang belajar mesti mengumpulkan fakta-fakta
sebanyak-banyaknya dengan tidak memperhatikan faktor lain. Atau orang belajar
dengan konsep ini akan menjadikan dirinya ibarat botol kosong yang perlu
dituangi air sebanyak-banyaknya.
Perbedaan pendapat tentang arti belajar itu disebabkan oleh kenyataan bahwa
perbuatan belajar itu sendiri bermacam-macam. Banyak jenis kegiatan yang oleh
kebanyakan orang disepakati sebagai perbuatan belajar. Misalnya, menirukan
ucapan kalimat, mengumpulkan perbendahaan kata, mengumpulkan fakta-fakta,
menghafal lagu, menghitung, dan sebagainya. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak
semua kegiatan dapat dikategorikan sebagai kegiatan belajar. Misalnya, minum,
marah, menjiplak, dan menikmati hiburan.
Para Ahli psikologi dan pendidikan mempunyai rumusan sendiri-sendiri
tentang apa yang diamksud dengan belajar. Tentu saja rumusan yang dikemukakan
saling berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing, berdasarkan
tekanan atau sudut pandang maupun pendekatan (approach) yang mereka berikan
terhadap kegiatan belajar, sehingga esensi yang dikemukakan mungkin juga sama,
tetapi batasan atau rumusannya berebada. Tentu saja mereka mempunyai alasan
yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
T. Raka Joni mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
hasil pengalaman kecuali perubahan tingkah laku yg. disebabkan oleh proses
menjadi matangnya seseorang atau perubahan instinktif. H.Carl Witherington dalam bukunya ”Educational
Psychology” menyatakan belajar adalah perubahan tingkah laku di dalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang
berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.1 Guthrie merumuskan belajar sebagai perubahan
tingkah laku sebagai hasil pengalaman yang lampau. Sedangkan Gronbach,
berpendapat belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman.
Hilgard - belajar, suatu proses yang
menghasilkan sesuatu aktivitas baru atau yang mengubah suatu aktivitas dengan
perantara latihan (baik di laboratorium maupun dilingkungan alam), yang berbeda
dengan perubahan-perubahan yang tidak disebabkan oleh latihan.2
Howord L. Kingsley - belajar, proses di mana
tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau
latihan. W.S. Winkel dalam bukunya ”Psikologi
Pendidikan dan Evaluasi Belajar” merumuskan belajar sebagai proses pembentukan
tingkah laku secara terorganisir.3 Lester D
Crow and Alice Crow dalam bukunya ”Educational Psychology”, merumuskan
belajar adalah perubahan untuk memperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan, dan berbagai
sikap. James O.Whittaker merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Gagne (1984) merumuskan belajar sebagai
suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman.
Galloway dalam Toeti Soekamto (1992:27) mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang
mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain
berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Morgan dan kawan-kawan (1986) menyebutkan bahwa belajar dapat
didefinisikan sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan
terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Dari definisi ini dapat
dikatakan bahwa suatu kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki tiga
ciri-ciri, yaitu: (a) belajar
adalah perubahan tingkah laku, (b) perubahan terjadi karena latihan atau pengalaman. Maka pertumbuhan yang
terjadi pada tingkah laku karena unsur kedewasaan bukan belajar, dan (c) sebelum dikatakan belajar, perubahan tersebut
harus bersifat relatif permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama.4
Dari rumusan atau definisi yang dikemukakan di atas,
terdapat kesepakatan atau persamaan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang
bertujuan untuk mengubah tingkah laku atau kecakapan. Perbedaan mereka terletak
pada apa yang menyebabkan perubahan tingkah laku itu. Ada yang menyebut dengan pengalaman
yang lampau dan ada yang menyebut dengan ulangan atau latihan. Sumadi Suryabrata (1984), mengatakan apabila diteliti definisi-definisi belajar
tersebut, terdapat hal-hal pokok sebagai berikut:
1) bahwa belajar itu membawa perubahan dalam
diri si pelajar (dalam arti perubahan tingkah laku (behavioral changes), aktual maupun potensial,
2) bahwa prubahan itu pada pokoknya adalah
didapatkannya pengetahuan dan atau kecakapan baru,
3) bahwa perubahan itu terjadi karena adanya
usaha [disengaja], bukan karena pematangan, dan
4) bahwa perubahan itu mempunyai sifat sedikit
banyak konstan.5
Sedangkan Sukirin dalam bukunya ”Poko-Pokok Psikologi
Pendidikan” (1981), menyimpulkan bahwa
unsur pokok dalam definisi belajar
tersebut, adalah:
1) kegiatan yang disengaja (usaha)
2) adanya perubahan (baik aktual maupun potensial)
3) timbulnya kecakapan baru.
Kemudian Sukirin, merumuskan belajar dapat didefinisikan
sebagai: Suatu kegiatan yang disengaja untuk mengubah tingkah laku, sehingga
diperoleh kecakapan baru.6
Dari semua pengertian belajar yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa beberapa elemen dasar
yang sekaligus menggambarkan pengertian prihal belajar, yakni:
(a) Belajar merupakan suatu perubahan
dalam tingkah laku. Perubahan tersebut dapat mengarah kepada tingkah
laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku
yang kurang menyenangkan atau tidak baik.
(b) Belajar suatu perubahan yang
terjadi melalui latihan atau pengalaman. Tetapi perubahan yang terjadi karena
pertumbuhan atau kematangan tidak dikatakan sebagai basil belajar.
(c) Untuk dapat disebut belajar, maka
perubahan tersebut harus relatif mantap dan harus merupakan akhir
dari suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode waktu
itu berlangsung, sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya
merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlasung berhari-hari,
berbulan-bulan, atapun bertahun-tahun. Berarti kita harus mengesampingkan
perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan,
adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang, yang biasanya hanya
berlangsung sementara (temporer).
(d) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut
berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun fisikis, seperti; perubahan dalam
pengertian, pemecahan masalah atau berpikir, keterampilan, kecaakapan,
kebiasaan ataupun sikap.7
Jadi belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
melalui pembelajaran atau latihan. Perubahan
itu sendiri berangsur-angsur dimulai dari sesuatu yang belum dikenal, untuk
kemudian dikenal, dikuasai atau dimilikinya dan dipergunakan sampai pada suatu
saat untuk dievaluasi.
Sebagaimana telah diutarakan di atas, bahwa para ahli
psikologi mempunyai tafsiran sendiri-senddiri dan berbeda-beda tentang apa yang
dimaksud dengan ”belajar”. Dengan adanya perbedaan-perbedaan itu, akhirnya
pandapat-pendapat tentang pengertian belajar tersebut dikembalikan ke dua jenis
pandangan, yaitu : pandapa tadisional dan pandangan
modern.
a) Pandangan
Tradisional
Penganut pandangan ini, memandang belajar
adalah usaha untuk memperoleh
sejumlah ilmu pengetahuan. Menurut
pandangan ini pengetahuan mendapat tekanan penting, karena pengetahuan memegang
peranan utama dalam kehidupan manusia. Pengetahuan adalah kekuasaan dan siapa
yang memiliki banyak pengetahuan, maka ia akan mendapatkan kekuasaan dan
sebaliknya siapa yang tidak mempunyai ilmu pengetahuan (bodoh) akan dikuasai
oleh orang lain. Maka banayak memiliki pengetahuan adalah penting.8
Dalam Hadis Nabi saw, bahwa;
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ
الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ
“Barangsiapa
yang menginginkan dunia maka hendaklah berilmu. Barangsiapa yang menginginkan
akhirat, maka hendaklah dengan ilmu.Barangsiapa yang menginginkan keduanya,
maka hendaklah dengan ilmu” (HR. Bukhari dan Muslim). Dari hadis ini juga menunjukan bahwa ilmu pengetahuan adalah kekuasaan.
Dengan demikian untuk memperoleh pengetahuan,
harus mempelajari berbagai materi pelajaran di sekolah. Buku pelajaran atau
bahan bacaan menjadi sumber pengetahuan yang utama. Maka sering ditafsirkan
belajar berarti ”mempelajari buku bacaan”. Pandangan ini lebih bersifat
intelektualistis
b) Pandangan Modern
Menurut pandanagan ini, belajar ada proses
perubahan tingkah laku berkat interaksi dengan lingkungan. Maka
individu dikatakan melakukan kegiatan belajar, jika ia memperoleh hasil, yaitu ”terjadi
perubahan tingkah laku”. Misalnya; dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
mengerti menjadi mengerti, dari tidak pandai menjadi pandai, dari belum dapat mengendarai
motor menjadi pandai mengendarai motor, dan sebagainya.
Perubahan tingkah laku, pada hakekatnya
mengandung pengertian yang luas dan tidak hanya terbatas pada pengetahuan saja,
tetapi meliputi unsur jasmani (struktural) dan unsur rohaniah (fungsional) yang kedua-duanya saling
berkaitan dan berinteraksi satu sama lain. Pola tingkah laku itu sendiri juga
terdiri dari berbagai aspek yang meliputi; pengetahuan, pengertian, sikap,
ketrampilan, kebiasaan, emosi, appresiasi, jasmani, hubungan sosial, budi
pekerti, dan lain sebagainya.
Jadi pengertian tingkah laku menurut
pandangan modern, sangat luas dalam arti tidak hanya terbatas pada pengetahuan
saja. Tetapi pengertian belajar menurut pandangan ini, siswa yang belajar
dipandang sebagai organisme yang hidup sebagai satu keseluruhan yang bulat. Siswa bersifat aktif dan senantiasa mengadakan
interaksi dengan lingkungannya; menerima, menolak, mencari sendiri, dan dapat
pula mengubah lingkungannya. Sedangkan
lingkungan itu sendiri juga bersifat luas, artinya tidak hanya terdiri dari
buku-buku bacaan saja, melainkan lebih dari itu, yaitu guru, sekolah, masyarakat,
masa lampau, dan lain sebagainya.
Interaksi antara individu dengan lingkungannya merupakan hal yang penting,
karena pelajar akan memperoleh pengalaman, pengetahuan, dan lain-lain yang
bermakna baginya.10
2. Arti Penting Belajar
Dari sejumlah pengertian belajar yang telah dikemukakan
di atas, ada kata yang penting untuk dibahas adalah kata perubahan atau change.
Jadi inti dari belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri
individu yang belajar, dengan memperoleh kecakapan baru dan bersifat permanen.
Seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan
diakhir dari aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya dengan
pemilikan pengalaman baru. Maka individu itu dikatakan telah belajar. Perubahan
yang terjadi akibat belajar adalah perubahan yang bersentuhan dengan aspek
kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku.
Kemampuan untuk berubah melalui belajar,
mengharuskan individu yang belajar secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih, dan menetapkan keputusan-keputusan. Maka
dapat disimpulkan bahwa arti penting belajar adalah ”perubahan”. Tetapi tidak
setiap perubahan dikatakan sebagai hasil dari belajar.
B.
Macam-macam
aktivitas yang disebut belajar
Seseorang
yang dikatakan telah belajar sesuatu apabila telah terjadi perubahan. Tetapi
perlu diketahui bahwa tidak semua perbuatan akibat dari belajar. Maisalnya,
yang terjadi pada bayi, yaitu dapat memegang benda, dapat tengkurep, dapat
duduk, dan sebagainya. Perbuatan semacam itu bukan karena akibat dari belajar,
tetapi akibat dari faktor kematangan fungsi fisik.
Ada
juga perubahan yang terjadi sangat singkat kemudian hilang. Misalnya; seseorang
secara kebetulan dapat memperbaiki pesawat radio atau dapat memecahkan suatu
soal ujian. Perubahan semacam itu, bukan akibat dari belajar, tetapi faktor kebetulan,
sehingga ketika harus mengerjakan hal yang sama tidak dapat dilakukan lagi. Ketidak
mampuan melakukan hal tersebut karena sebenarnya belum belajar hal yang
bersangkutan atau kecakapan tersebut. Pada kenyataan bahwa apa yang disebut
perbuatan belajar itu adalah bermacam-macam. Banyak aktivitas yang oleh hampir
setiap orang dapat disepakati sebagai perbuatan belajar. Misalnya; mendapatkan
perbendaharaan kata-kata baru, menghafal syair, menghafal lagu atau nyanyian,
dan sebagainya. Ada beberapa aktivitas yang tidak begitu jelas, apakah itu
tergolong sebagai perbuatan belajar atau tidak. Misalnya; mendapatkan bermacam-macam
sikap sosial (misalnya prasangka), kegemaran, pilihan dan lain-lainnya.
Selanjutnya
ada beberapa hal yang kurang berguna yang juga terbentuk pada individu.
Misalnya; tics, gejala-gejala autistis, dan sebagainya, apakah hal-hal yang
dikemukakan paling akhir ini tergolong pada kegiatan atau hal belajar, sukar
dikatakan.11 Pertanyaannya, aktivitas seperti apa yang
dapat dikategori sebagai aktivitas yang disebut belajar?
Apa
yang disebut dengan perbuatan belajar itu bermacam-macam. Maka perlu diketahui
bahwa belajar bukanlah proses dalam kehampaan. Tidak pula sepi dari berbagai
aktivitas. Tidak tidak pula orang belajar tanpa melibatkan aktivitas raganya.
Apalagi bila aktivitas belajar berhubungan dengan masalah belajar menulis,
mencatat, memandang, membaca, mengingat, berpikir, latihan atau praktek, dan
sebagainya.12 Begitu juga fungsi audio, visual,
audio-visual, dan gerakan, dapat dioptimalkan dalam proses aktivitas belajar.
Oleh karena itu, berikut ini akan dibahas beberapa
aktivitas yang dikategori sebagai aktivitas belajar, sebagai berikut:
1) Mendengarkan
Mendengarkan adalah
salah satu aktivitas belajar, karena setiap orang yang belajar di sekolah mesti
akan mendengarkan materi pelajaran yang disampaikan guru atau dosen. Katakan saja, setiap seorang guru atau dosen
menggunakan metode ceramah, maka setiap siswa atau mahasiswa diharuskan
mendengarkan apa yang disampaikan guru atau dosen. Akan menjadi pendengar yang
baik dituntut dari siswa atau mahasiswa. Tetapi di sela-sela mendengarkan ceramah,
ada aktivitas mencatat yang juga dianggap penting.
Dalam kegiatan
mendengarkan ceramah, tentu saja ada hal-hal yang dapat mengganggu jalannya
ceramah dan akan mengganggu konsentrasi belajar. Gangguan dalam belajar mesti selalu ada dan
tidak mungkin untuk dikikis habis. Pertanyaannya, apa yang harus
dilakukan? Yang dapat dilakukan adalah
memperkecil kemungkinan munculnya gangguan dalam belajar tersebut. Maka kita
harus sadari hal tersebut agar tidak menimbulkan frustrasi daalam belajar.
Perlu diketahui
juga, bahka aktivitas mendengarkan bukan satu-satunya aktivitas belajar. Sebab
ada orang atau murid tuna rungu yang tidak menggunakan aktivitas
mendengarkan, tetapi hanya melalui aktivitas visual [penglihatan]. Tentu sajaa
mereka belajar hanya melalui gerakan-gerakan tangan dengan menggunakan simbol-simbol
tertentu yang telah dibakukan.
Walaupun begitu,
tidak dapat disangkal bahwa aktivitas mendengarkan adalah aktivitas belajar
yang diakui kebenarannya dalam dunia pendidikan dan pengajaran dalam pendidikan
formal persekolahan, ataupun non-formal.13
Sebab dalam kehidupan sehari-hari komunikasi bersifat auditif [mendengar] mendominasi
manusia dalam berinteraksi.
Tetapi jangan diabaikan, untuk pemerataan pendidikan, anak-anak tuna
rungu perlu diperhatikan secara intensif juga, sehingga tidak ketinggalan.
2) Memandang
Memandang
berarti mengarahkan penglihatan ke suatu objek tertentu. Tentu saja aktivitas
memandang berhubungan erat dengan mata atau visual. Dalam pendidikan dan pengajaran, aktivitas
memandang termasuk dalam kategori belajar. Katakan saja seorang siswa memandang papan
tulis yang berisikan tulisan materi pelajaran yang baru saja ditulis oleh
guru. Tulisan yang dipandang menimbulkan
kesan dan selanjutnya tersimpan dalam otak. 14Maka
suatu metode untuk menyampaikan informasi untuk seseorang pembelajar memperoleh “pengertian yang lebih
baik adalah dari sesuatu yang dapat “dilihat” dari pada
didengar.
Tapi
perlu diingat bahwa tidak semua aktivitas memandang berarti belajar. Maka aktivitas
memandang dalam arti belajar adalah aktivitas memandang yang bertujuan dan sesuai
dengan kebutuhan untuk mengadakan perubahan tingkah laku dalam kegiatan
belajar. Oleh sebab itu, aktivitas memandang tanpa tujuan, bukanlah termasuk
perbuatan belajar. Walaupun pandangan
tertuju pada suatu objek, tetapi tidak adanya tujuan yang ingin dicapai dalam
belajar, maka pandangan tersebut tidak termasuk atau tidak dapat dikategorikan sebagai
aktivitas belajar.
3) Meraba, Membau, dan Mencicipi atau Mengecap
Aktivitas
meraba, membau, dan mengecap adalah indra manusia yang dapat dijadikan sebagai
alat untuk kepentingan belajar. Artinya
aktivitas ini, dapat memberikan kesempatan bagi seseorang untuk belajar dan
tentu saja aktivitasnya harus disadari oleh suatu tujuan tertentu. Dengan
demikian aktivitas meraba, membau, dan mengecap dapat dikatakan atau
dikategorikan sebagai aktivitas belajar, asal saja semua aktivitas tersebut
didorong oleh kebutuhan, motivasi untuk mencapai tujuan dengan menggunakan
situasi tertentu untuk memperoleh perubahan tingkah laku.15
Dalam
kenyataan, mungkin saja aktivitas meraba jarang digunakan secara optimal oleh
pembelajar yang memiliki penglihatan yang normal. Tetapi bagi pembelajar yang
buta mata, maka aktivitas meraba adalah sangat efektif bagi mereka dalam
belajar.
4) Mencatat
Mencatat
merupakan aktivitas yang tidak terpisahkan dari aktivitas belajar. Dalam
pendidikan tradisional kegiatan mencatat merupakan aktivitas yang sering
dilakukan. Dalam kegiatan mencatat, seorang siswa juga harus mendengarkan isi
ceramah yang disampaikan, tetapi juga tidak dapat mengabaikan untuk mencatat
hal-hal yang dianggap penting. Tentu saja dalam kegiatan mencatat materi
pelajaran, setiap pembelajar mempunyai ”cara tertentu” dalam mencatat, dan kadang
menggunakan singkat yang hanya diketahui pembelajar tersebut, kadang juga dalam
memilih pokok-pokok pikiran tertentu yaang dianggap penting untuk dicatat.16 Tetapi, dalam perkembangan sekarang, mungkin
saja kegiatan mencatat dapat digantikan dengan alat bantu eloktronik, baik
berupa rekaman, atau menggunakan internet.
Perlu
diketahui pula, bahwa tidak setiap mencatat dapat dikategorikan sebagai
aktivitas belajar. Katakan saja, aktivitas mencatat yang bersifat menurut, menciplak,
mengcopy, atau meniru tidak dapat dikatagorikan sebagai aktivitas belajar. Maka
kegiatan mencatat yang dapat dikategorikan sebagai aktivitas belajar yaitu
apabila dalam mencatat itu pembelajar menyadari kebutuhan dan tujuannya, serta
menggunakaan seperangkat tertentu, agar catatan itu nantinya berguna bagi
pencapaian tujuan belajar.
Selain
itu, dalam kegiatan mencatat bukan haanya sekedar mencatat saja, tetapi mencatat
yang dapat menunjang tujuan belajar. Dari itu semua, jangan membuat catatan sembarangan,
sebab hal itu dapat mendatangkan kerugian material dan pemikiran, serta akibat
yang lain adalah akan sis-sia catatan tersebut, sebab tidak dapat digunakan
untuk kepentingan belajar.17
Bagi
mahasiswa, suatu catatan yang baik dan berguna adalah catatan yang dapat
menampung sejumlah informasi, yang tidak hanya bersifat fakta-fakta, melainkan
juga terdiri atas materi hasil analisis dari bahan kuliah dari dosen dan dari
bahan bacaan mahasiswa.
5) Membaca
Aktivitas
membaca merupakan aktivitas yang paling banyak dilakukan selama belajar di sekolah
atau di perguruan tinggi. Membaca di
sini bukan hanya membaca buku, majalah, koran, tabloid, jurnal hasil
penelitian, catatan kuliah semata, tetapi juga dapat membaca fenome yang
terkait dengan tujuan belajar.
Cara
dan teknik seseorang dalam membaca selalu menunjukkan perbedaan pada hal-hal
tertentu. Maka tidak heranlah, jika dikatakan bahwa belajar itu suatu seni,
sama halnya mengajar adalah seni [teaching as an art]. Ada juga orang
membaca buku sambil tidur-tiduran dapat belajar dengan baik, ada yang membaca
buku sambil mendengarkan radio dapat belajar dengan baik, ada orang yang
membaca buku tanpa suara dapat belajar dengan baik,18 ada yang membaca buku dengan suara
atau membunyikan dapat belajar dengan baik, ada yang membaca buku sambil
berjalan-jalan dapat belajar dengan baik, ada pula yang membaca buku di antara
keributan atau keramaian dapat belajar dengan baik, ada pula yang membaca buku cepat, membaca lamban, membaca untuk memahami, dan
sebagainya. Artinya, orang membaca buku dengan berbagai cara agar dapat
belajar.
Dengan
demikian, teknik membaca buku sangat tergantung pada kebiasaan dan kemampuan
seseorang. Artinya, seseorang dapat memilih teknik yang mana yang lebih sesuai
dengan karakteristik pribadinya dan tentu saja tidak mengabaikan pola-pola umum
dalam belajar.
6) Membuat Ikhtisar
catatan
Biasanya
orang merasa terbantu dalam belajar, jika menggunakan ikhtisar-ikhtisaar materi
yang dibuatnya. Memang dalam pengalaman,
ikhtisar atau ringkasan dapat membantu seseorang dalam hal mengingat atau
mencari kembali materi dalam buku apabila dibutuhkan.
Tetapi,
untuk keperluar belajar yang intensif, bagaimanapun hanya membuat dan mengandal
ikhtisar belum cukup untuk kegiatan belajar. Selain itu, dalam membaca buku
biasanya pada hal-hal yang penting perlu diberi garis bawah [underlining].
Memang hal ini sangat membantu dalam usaha menemukan kembali materi, bila
diperlukan.19 Tetapi pada orang
tertentu merasa memberi garis bawah akan mengotori bukunya, maka tekniknya
disesuaikan dengan keinginannya.
7) Mengamati Tabel-Tabel, Diagram-Diagram dan
Bagan
Dalam
buku ataupun dilingkungan lain sering dijumpai tebal-tabel, diagram, ataupun
bagan-bagan. Materi non-verbal semacam
ini sangat nberguna bagi seseorang dalam mempelajari materi yang relevan. Selain
itu, gambar-gambar, peta, dan lain-lain dapat menjadi bahan ilustratif yang
membantu pemahaman seseorang tentang suatu hal.20
Maka penggunaan diagram, peta, bagan sangat membantu dalam proses berpikir. Dalam
kenyataan gambar atau peta akan lebih banyak memberikan informasi yang detail
dan faktual, bila dibandingkan dengan verbalisme semata.
Dengan
demikian, masalah tabel, diagram, dan bagan jangan diabaikan untuk diamati,
karena ada hal-hal tertentu yang tidak termasuk dalam penjelasan melalui
tulisan.
8) Menyusun Paper
Menyusun
paper merupakan masalah yang berhubungan erat dengan masalah tulis menulis. Hal
ini tentu saja butuk kemampuan dan kebiasaan menulis, karena penulisan paper
yang baik sesuai dengan prosedur ilmiah yang dituntut dalam penulisan paper.
Selain itu, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar juga dituntut,
sehingga dapat menghasilkan karya tulis yang bermutu tinggi.
Dalam
menyusun paper harus metodologis dan sistematis. Artinya metodologis yaitu
menggunakan metode-metode tertentu dalam penulisan. Sedangkan sistematis yaitu
menggunakan kerangka pikir yang logis dan kronologis.
Seseorang
yang akan menyusun paper, bukan harus mempersoalkan judulnya, tetaapi yang
harus dipermasalahkan adalah masalahnya apa dan aktual atau tidak. Masalah yang
ditemukan, harus dikuasai sehingga mudah menegerjakan dan menyelesaikannya.
Penguasaan masalah sangat berguna untuk membuat kerangka paper. Untuk dapat
mengusai masalah tersebut, tentu saja harus digali atau dieksplorasi dari sumbernya
dan salah satu sumber masalah adalaah buku. Maka berusahlah mencari buku yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
Sumber teori yang diambil dari buku tentu saja menurut aturan atau
kaidah-kaidah metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Dengan
demikian, kegiatan menyusun paper atau kertas kerja dapat dikategorikan sebagai
aktivitas belajar. Tetapi, sebaliknya
yang tidak termasuk ke dalam aktivitas belajar adalah mengopi hasil karya orang
lain, menciplak karya orang lain atau mengutip tanpa menulis sumbernya.21
9) Mengingat
Mengingat
merupakan gejala psikologis. Untuk mengetahui bahwa seseorang sedang mengingat
sesuatu, dapat dilihat dari sikap dan perilakunya. Perilaku mengingat dilakukan bila seseorang sedang berusaha
untuk mengingat-ingat kesan yang telah dipunyai.22
Ingatan itu sendiri adalah kemampuan jiwa yang prosesnya
meliputi tiga unsur yaitu mencamkan, menyimpan dan reproduksi. Mencamkan atau
learning yaitu melekatkan tanggapan, kesan ataupun pengertian kedalam
diri kita. Menyimpan [retention] yaitu menata dan memelihara
kesan ataupun pengertian yang dilekatkan, agar pada kesempatan lain dapat kita
manfaatkan. Reproduksi atau remembering yaitu menaikkan ke
kesadaran apa-apa yang telah tersimpan di bagian bawah sadar atau bagian tak-sadar
dari alam kejiwaan kita.
Proses aktivitas ingatan (memory) seseorang dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu sifat seseorang, lingkungan sekitar, keadaan jasmani,
keadaan rohani [jiwa], dan juga umur seseorang. Mungkin saja seseorang mengalami
kesulitan untuk mereproduksi kesan atau informasi yang telah ada. Maka ketidakmampuan
memproduksi kesan yang sudah ada sering disebut dengan terjadinya lupa.
Mengingat adalah salah satu aktivitas belajar. Tidak ada
seorangpun yang tidak pernah mengingat dalam kegiatan belajar. Maka perbuatan
mengingat jelas sekali terlihat ketika seseorang sedang menghafal bahan
pelajaran, berupa dalil,kaidah, pengertian, rumus, dan sebagainya.22
10) Berpikir
Berpikir
termasuk aktivitas belajar, karena dengan berpikir orang akan memperoleh
penemuan baru, setidak-tidaknya orang akan menjadi tahu tentang hubungan antara
sesuatu. Berpikir dari taraf rendah
sampai taraf berfikir yang tinggi.23
Selain itu, ada juga yang disebut dengan berpikir dalam arti luas yaitu
pergaulan dengan duania abstrak, dan berpikir dalam arti sempit yaitu
kesanggupan jiwa untuk menghubungkan bagian yang sudah diketahui.24
11) Latihan
dan Praktek
Learning by doing adalah konsep belajar
yang menghendaki adanya penyatuan usaha mendapatkan kesan-kesan dengan cara
berbuat atau melakukan sesuatu. Belajar sanbil berbuat atau melakukan dalam hal
ini termasuk latihan yang merupakan cara yang baik untuk memperkuat ingatan.
Dengan banyak latihan kesan-kesan yang diterima akan lebih fungsional, sehingga
aktivitas latihan dapat mendukung belajar yang optimal.25
C. Fokus
Perhatian Psikologi Belajar
Ada tiga fokus perhatian dalam pendidikan, yang sekaligus
juga menjadi pusat perhatian para ahli psikologi pendidikan dan belajar, yaitu
anak didik, proses belajar, dan situasi belajar.26
1. Anak Didik
Anak didik merupakan elemen terpenting di antara elemen-elemen yang lain. Ini bukan berarti unsur manusia
lebih penting dari sekedar proses belajar dan situasi belajar, sebab tanpa
hadirnya elemen siswa, tidak akan terjadi peristiwa belajar.27 Seorang anak yang hadir dalam proses
belajar mengajar di kelas dengan :
1) segala potensi dan kemampuan yang
dimilikinya
2) lingkungan sekitar yang mempengaruhi
3) tanpa peserta didik tidak terjadi peristiwa
belajar. John Dewey mengatakan bahwa tanpa
peserta didik tidak ada perubahan mengajar, sebagaimana halnya tidak ada
peristiwa penjual tanpa pembeli.28
2.
Proses Belajar
Dalam proses belajar, adalah proses di mana
seseorang akan mengalami :
1)
perubahan
tingkah laku,
2)
meningkatkan
penampilan,
3)
mengorganisasi
pikiran atau menemukan suatu cara baru dalam bertingkah laku.
4) Maka proses belajar diartikan sebagai, “apa yang mereka
lakukan, apabila mereka belajar”. Maksudnya, apa yang mereka lakukan, termasuk
ke dalam tingkah laku yang secara langsung diamati, seperti : menulis, berhitung,
memperhatikan, berdiskusi, dan sebagainya. Tetapi ada tingkah laku tidak secara
langsung dapat diamanti, sepert; berpikir, mengamati, mengingat-ingat, dan sebabaginya. 29
Dalam situasi proses belajar
ini, anak dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu :
1) ada anak yang tidak senang dengan
strategi verbal, maka proses belajar di lakukan dengan pendekatan non-verbal, begitu
pula sebaliknya,
2) ada anak yang tidak aktif,
karena yang dilakukan itu bukan kebutuhan mereka, maka guru bagaimana
mengetahui kebu tuhan anak.
3.
Situasi
Belajar
Situasi belajar adalah menunjuk kepada suatu faktor atau kondisi yang mempengaruhi
peserta didik, di mana proses belajar itu terjadi. Dalam hubungan ini:
1) guru sebagai elemen terpenting dalam situasi belajar,
2) situasi udara, penerangan, komposisi tempat duduk.,
3) sikap guru dalam pembelajaran,
4) semangat kelas dan suasana
perasaan di sekolah,
5) sikap masyarakat terhadap
pendidikan, pemilihan jurusan, dan sebagainya.30
Beberapa saran untuk membangun hubungan dengan peserta didik:
1) perlakukan siswa sebagai manusia yang sederajat,
2) ketahui apa yang disukai siswa, cara berpikir, perasaan,
hal-hal yang terjadi dalam kehidupan mereka,
3) bayangkan apa yang mereka katakan kepada diri
sendiri, mengenai diri sendiri,
4) ketahui apa yang menghambat mereka untuk memperoleh
hal yang benar-benar mereka inginkan dan jika tidak tahun tanyakanlah kepada
mereka,
5) berbicara dengan jujur kepada mereka dengan cara yang
membuat mereka mendengarnya dengan jelas dan halus,
6) bersenang-senaglah atau rayakan keberhasil
bersama-sama mereka.
III. Lembar Kerja
Pada lembar latihan ini, mahasiswa
diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pada akhir kuliah, sebagai berikut
:
1. Rumuskan satu batasan atau pengertian belajar menurut
saudara!
2. Dari definisi yang saudara pelajari, rumuskan tiga
ciri utama kegiatan belajar!
3. Kemukakan komentar saudara terhadap pandangan
tradisional dan modern tentang belajar!
4. Bandingkan kedua pandangan (modern dan tradisional)
tersebut!
5. Apakah yang menjadi fokus perhatian psikologi belajar?
Utarakan dan jelaskan menurut pandangan saudara!
SUMBER
Muhibbin Syah, 1997, Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sumadi Suryabrata, 1984, Psikologi Pendidikan, Rajawali,Jakarta.
Hujair AH. Sanaky, 1997,
Diktat Psikologi Pendidikan, Fak.Tarbiyah UII, Yogyakarta.
Mahfudh Shalahuddin, 1990, Psikologi Pendidikan, Bina Ilmu, Surabaya.
Sukirin,1981, Pokok-pokok Psikologi
Pendidikan, FIP-IKIP, Yogyakarta.
M. Ngalim Purwanto,1992, Psikologi Pendidikan,
Grasindi, Jakarta.
M. Dimyati
Mahmud, 1990, Psikologi Pendidikan, Edisi I, DPFE, Yogyakarta.
Syaiful Bahri Djamarah, 2002, Psikologi Belajar,
Rineka Cipta, Jakarta.
Toeti
Soemanto, dk., 1994, Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran, Pusat
Antara Universitas, Jakarta.
4 Toeti
Soekamto, 1994, Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran, Pusat Antara
Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Jakarta, hlm.8.
8 Ibid,
hlm. 29-30
13 Ibid,
hlm. 38.
14 Ibid,
hlm. 39
15 Ibid,
hlm. 40
17 Ibid,
hlm. 41.
18 Ibid,
hlm. 41.
19 Baca:
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, hlm.42.
20 Baca:
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, hlm.42.
22 Ibid,
hlm. 44.
22 Ibid,
hlm. 44.
23 Ibid, hlm.44
27 Ibid,
hlm.16.
28 Ibid,
hlm. 16.
29 Ibid,
hlm. 16.
30 Ibid, hlm.16