Selasa, 10 Oktober 2017

MATERI KULIAH PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI; P. VI: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI



MATERI KULIAH
PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI

Pertemuan ke VI
Modul : VI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI
Oleh: Hujair AH. Sanaky[1]


I.     CPMK dan Indinator Capaian

1.    CPMK;     mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang
                mempengaruhi pengembangan kurikulum PAI

2.    Indikator; mahasiswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang
                pengembangan kurikulum PAI secara benar.

II.    Pendahuluan
Bahasan tentang pengembangan kurikulum merupakan kajian yang komprehensif.  Sebab bahasannya  mencakup dengan perencanaan, penerapan, dan evaluasi. Bahasan tentang perencanaan kurikulum adalah langkah awal dalam membangun kurikulum yaitu ketika para disainer kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan atau  implementasi kurikulum yaitu berusaha untuk mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam pelaksanaan atau tindakan operasional kurikulum.  Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum itu sendiri dengan tujuan untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri.
Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang-orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, tetapi melibatkan banyak orang, seperti: politikus, pengguna, stakeholders, user, orang tua peserta didik, serta unsur-unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.  Tentu saja, dalam pengembangan kurikulum keragaman sosial, budaya, aspirasi politik, dan kemampuan ekonomi juga ikut memberikan tekanan yang sama, kalau tidak dapat dikatakan lebih kuat dibandingkan perbedaan filosofi, visi, dan teori yang dianut para pengambil keputusan mengenai kurikulum.
Katakan saja perbedaan filosofi, visi, dan teori para pengambil keputusan seringkali dapat diselesaikan melalui jenjang otoritas yang dimiliki seseorang walaupun dilakukan dalam suatu proses deliberasi yang paling demokratis sekali pun. Ketika perbedaan filosofi, visi, dan teori itu terselesaikan maka proses pengembangan dokumen kurikulum dapat dilakukan dengan mudah. Keragaman sosial, budaya, aspirasi politik, kemampuan ekonomi, dan perkembangan ilmu pengetahuan adalah suatu realita masyarakat dan bangsa Indonesia. Realita tersebut memang berposisi sebagai objek periferal dalam proses pengembangan kurikulum nasional.

III.    Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum PAI
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum PAI;  (1) perkembangan ilmu pengetahuan; (2) tuntutan pasar, stakeholders, user; (3) perubahan tujuan pendidikan; (4) perubahan kebutuhan.
Alasan perubahan kurikulum; (1) persaingan di dunia global; persaingan perguruan tinggi di dalam negeri maupun di luar negeri; perguruan tinggi dituntut untuk menghasilkan lulusan yang dapat bersaing dalam dunia global; (2)  perubahan orientasi pendidikan tinggi; Tidak hanya menghasilkan manusia cerdas berilmu; mampu menerapkan keilmuannya dalam kehidupan di masyarakatnya (kompeten dan relevan),  lebih berbudaya; (3) perubahan kebutuhan di dunia kerja; perubahan persyaratan dalam menerima tenaga kerja, adanya persyaratan softskills dominan disamping hardskills.
Menurut Sukmadinata,[2] ada tiga faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, yaitu :
1.  Perguruan Tinggi;
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan pengembangan teknologi juga berpangaruh pada isi kurikulum. Perguruan Tinggi melakukan kajian, uji coba, temuan-temuan penelitian. Maka temuan ilmu pengetahuan dan teknologi dikembangkan diperguruan tinggi. Dengan hasil ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan sumbangan bagi isi kurikulum, dan mendukung pengembangan alat bantu dan media pendidikan.
Dengan dapat dikatakan bahwa perguruan tinggi setidaknya memberikan dua pengaruh terhadap kurikulum sekolah. Pertama, dari segi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan diperguruan tinggi. Pengetahuan dan teknologi banyak memberikan sumbangan bagi isi kurikulum serta proses pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dikembangkan di perguruan tinggi akan mempengaruhi isi pelajaran yang akan dikembangkan dalam kurikulum. Perkembangan teknologi selain menjadi isi kurikulum juga mendukung pengembangan alat bantu dan media pendidikan.
Kedua, dari segi pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan guru-guru Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan juga mempengaruhi pengembangan kurikulum, terutama melalui penguasaan ilmu dan kemampuan keguruan dari guru-guru yang dihasilkannya.
Pengusaan keilmuan, baik ilmu pendidikan, maupun ilmu bidang studi,  serta kemampuan mengajar dari guru-guru akan sangat mempengaruhi pengembangan dan implementasi kurikulum di sekolah.

2.  Masyarakat;
Sekolah merupakan bagian dari masyarakat. Sekolah harus bertugas melayani aspirasi masyarakat, terutama dunia kerja sangat berpengaruh.  Sekolah merupakan bagian dari masyarakat, sehingga bertugas untuk mempersiapkan anak didik untuk dapat hidup secara bermatabat di masyarakat.  Sekolah, juga dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat di tempat sekolah tersebut berada. Dengan demikian, isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi masyarakat penggunanya dan upaya memenuhi kebutuhan dan tuntutan mereka.
Masyarakat yang ada di sekitar sekolah mungkin merupakan masyarakat yang homogen atau heterogen. Sekolah berkewajiban menyerap dan melayani aspirasi-aspirasi yang ada di masyarakat. Salah satu kekuatan yang ada dalam masyarakat adalah dunia usaha. Tentu saja, perkembangan dunia usaha yang ada di masyarkat akan mempengaruhi pengembangan kurikulum. Hal ini dikarenakan sekolah bukan hanya sekedar mempersiapkan anak untuk selesai sekolah, tetapi juga untuk dapat hidup, bekerja, dan berusaha di masyarakat. Maka lingkungan, budaya, bahasa, adat istiadat, jenis pekerjaan yang ada di masyarakat tentu saja berimplikasi pada kurikulum yang dikembangkan dan digunakan sekolah.

3.  Sistem nilai
Dalam kehidupan bermasyarakat tentu saja terdapat sistem nilai, baik nilai moral, keagamaan, sosial, budaya, nilai adat istiafat, maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga bertangung jawab dalam pemeliharaan dan pewarisan nilai-nilai positif yang tumbuh di masyarakat.
Sistem nilai yang dianut masyarakat dipelihara dan dilestarikan tersebut harus diintegrasikan dalam kurikulum. Sistem nilai yang ada di masyarakat, baik nilai moral, keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis dianut masyarakat. Dengan demikian, sekolah bertangungjawab dalam pemeliharaan, pewarisan nilai-nilai positif, tumbuh di masyarakat, harus terintegrasikan dalam kurikulum.
Persoalan yang dihadapi disain dan pengembang kurikulum adalah sistem nilai di Masyarakat itu tidak hanya satu. Artinya masyarakat heterogen, terdiri dari berbagai kelompok etnis, kelompok intelek, kelompok sosial, dan kelompok spritual keagamaan. Tentu saja, masing-masing kelompok itu memiliki nilai khas dan tidak sama. Di masyarakat, terdapat aspek-aspek sosial, ekonomi, politk, fisik, estetika, etika, religius, dan sebagainya. Aspek-aspek tersebut, sering juga mengandung nilai-nilai yang berbeda. Menjadi permasalahan bagi pengembang Kurikulum, maka sistem nilai dalam mehadapi keragaman nilai di masyarakat. Dengan demikian, pengemban kurikulum harus: (a) mengakomodasi  keragaman nilai tersebut; (b) mengetahui dan memperhatikan semua nilai; (c) berpegang pada prinsip demokratis, etis, dan moral; (d) menghargai nlai-nilai kelompok lain; (e) memahami dan menerima keragaman budaya yang ada.
Kurikulum sebagai indikator sistem nilai, pengetahuan dan keterampilan dan mengakomudasi sistem nilai, kompetensi; sikap, keterampilan, dan pengetahuan.  Aktualisasi (action), internalisasi (Reflection), watak/perilaku individu/perilaku kolektif.  Maka sikap peduli,  amanah, jujur, produktif, bertanggung jawab, menjadi manusia yang unggul sangat perlu untuk diakomodasi dalam pengembangan kurikulum.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, diantaranya adalah filosofis, psikologis, sosial budaya, politik, pembangunan negara dan perkembangan dunia,  dan Ilmu dan teknologi (IPTEK).  Faktor-faktor yang melandasi pengembangan kurikulum adalah: (1) Filsafat dan tujuan pendidikan nasional; (2) sosial budaya; (3) perkembangan siswa; (4) keadaan lingkungan; (5) kebutuhan pengembangan; (6) perkembanagn IPTEK; (7) landasan manajerial yakni saling mempengaruhi dan keseluruhannya merupakan suatu sistem. Ketujuh faktor ini dijelaskan sebagai berikut:
1.      Filosofis.
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum.  Dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti: perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran–aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan.
Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati, dalam Sudrajat, (2008),[3] di bawah ini diuraikan tentang isi dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.
a.    Perenialisme, aliran filsafat yang lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran, dan  keindahan, dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini, lebih menekankan pada kebenaran absolut, kebenaran universal, tidak terikat pada tempat dan waktu. Maka, aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
b.     Essensialisme, aliran filsafat ini lebih menekankan pada pentingnya pewarisan budaya, pemberian pengetahuan, dan keterampilan pada peserta didik agar mereka dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
c.     Eksistensialisme, aliran filsafat ini lebih menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Mengutamakan individu sebagai faktor utama dalam menentukan hal terbaik dan dianggap benar. Maka untuk memahami kehidupan seseorang, mesti memahami dirinya sendiri. Norma-norma hidup berbeda secara individual dan ditentukan masing-masing secara bebas.
d.     Progresivisme, aliran filsafat ini lebih menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Aliran progresivisme ini merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
e.     Rekonstruktivisme, aliran filsafat ini merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme ini lebih menekankan pada peradaban manusia masa depan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, tetapi rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis, dan sejenisnya. Maka, penganut aliran ini lebih menekankan hasil belajar dari pada proses.
Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan “model kurikulum subjek-akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan “model kurikulum pendidikan pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan “model kurikulum interaksional.

2.  Psikologis;  Minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu;
(         1)    Psikologi perkembangan;
            Psikologi perkembangan; mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu. Semuanya dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum.
(          2)    Psikologi belajar.
            Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar.  Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan.
Selain pandangan psikologi perkembangan dan psikologi belajar, selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi, yaitu: (1) Motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau keinginan untuk melakukan suatu aksi; (2) Bawaan; yaitu karakteristik fisik yang merespons secara konsisten berbagai situasi atau informasi; (3) Konsep diri; yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang; (4) Pengetahuan; yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang; dan (5) Keterampilan; yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun mental.[4]
Tentu saja, kelima kompetensi yang disebutkan di atas, mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan sumber daya manusia atau pendidikan.  Katakan saja, keterampilan dan pengetahuan, cenderung lebih tampak pada permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan motif lebih tersembunyi dan lebih mendalam serta merupakan pusat kepribadian seseorang. Maka kompetensi permukaan (pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah dikembangkan. Dengan demikian, pelatihan merupakan hal tepat untuk menjamin kemampuan ini.  Sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit untuk dikenali dan dikembangkan.[5]
Maka dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa, menyoroti  aspek keperbedaan dan karakteristik peserta didik. Kemukakan Mulyasa bahwa sedikitnya terdapat lima perbedaan dan karakteristik peserta didik yang perlu diperhatikan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu : (1) perbedaan tingkat kecerdasan; (2) perbedaan kreativitas; (3) perbedaan cacat fisik; (4) kebutuhan peserta didik; dan (5) pertumbuhan dan perkembangan kognitif. [6]

3.  Sosial-Budaya
Kurikulum dipandang sebagai suatu rancangan program pendidikan. Tentu saja, sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Sementara kita pahami bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Ini berarti pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai untuk hidup di masyarakat, bekerja, dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Maka, kehidupan masyarakat dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan. Dengan demikian, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan, dan perkembangan yang ada di masyarakat itu sendiri.
Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai, bersumber dari agama, budaya, politik, segi-segi kehidupan lainnya. Melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang.[7] Maka, kurikulum yang dikembangkan mempertimbangkan, merespons, berlandaskan pada; perkembangan sosial – budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.

4.  Politik
Wiles Bondi (dalam Sudrajat, 2008), menjelaskan pengaruh politik dalam pembentukan dan pengembangan kurikulum,[8] yaitu; perubahan arah politik; pergantian tampuk pimpinan  sebuah negara;  berganti  pula visi, misi, kebijakan; dan kurikulum pendidikan  akan  berubah.
Pembangunan negara dan perkembangan dunia, yaitu; Pengembangan kurikulum juga dipengaruhi oleh faktor pembangunan negara dan perkembangan dunia. Negara yang ingin maju, membangun, tidak seharusnya mempunyai kurikulum yang statis,  harus memiliki kurikulum yang sesuai dengan perkembangan zaman, kemajuan sains, dan teknologi.
Pengembangan kurikulum haruslah sejajar dengan pembangunan negara dan dunia. Kandungan kurikulum pendidikan perlu menitikberatkan pada mata pelajaran sains,  kemahiran teknik atau vokasional, tenaga kerja yang mahir diperlukan dalam zaman yang berteknologi dan canggih ini.
Dari bahasan di atas, jelas menunjukkkan bahwa pengembangan kurikulum tentu saja dipengaruhi oleh proses politik, kerana setiap kali tampuk pimpinan sesebuah negara itu bertukar, maka setiap kali itulah kurikulum pendidikan berubah. Hal ini dapat dilihat dari perubahan pemerintahan yang selalu terjadi di Indonesia, begitu pergantian menteri, juga sering terjadi perubahan kurikulum.

5.  Ilmu dan Teknologi (IPTEK)
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga ikut mempengaruhi kurikulum. Sebagai contoh pada dua dasa warsa terakhir ini,  kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi, telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya.  Pengaruh ini pun telah terjadi pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi, dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.  Perkembangan dan kemajuan  teknologi informasi ini, juga ikut mempengaruhi kurikulum.
Kurikulum yang harus disertai dengan kemampuan meta-kognisi,  kompetensi untuk berfikir,  belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih, menilai pengetahuan, mengatasi situasi yang ambigu, dan antisipatif terhadap ketidakpastian.
Dengan demikian, disan dan pengembangan kurikulum seyogyanya  mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi, mengembangkan ilmu pengetahuan, dan teknologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.

6.    Pembangunan Negara dan Perkembangan Dunia
Pengembangan kurikulum dipengaruhi oleh proses politik.  Maka dalam pembangunan negara dan perkembangan dunia juga ikut berpengaruh pada kurikulum. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pengembangan kurikulum juga dipengaruhi oleh faktor pembangunan negara dan perkembangan dunia. Tentu saja, negara yang ingin maju dan membangun, tidak seharusnya mempunyai kurikulum yang statis.  Oleh karena itu, kurikulum harus diubah sesuai dengan perkembangan dunia, perubahan zaman, dan kemajuan sains dan teknologi. Bila tidak, maka kurikulum akan statis dan tidak mengikuti perkembangan zaman dan sains dan teknologi.
Kenyataan tersebut jelas menunjukkan bahwa perkembangan teknologi telah membawa perubahan yang pesat pada kehidupan manusia di muka bumi ini.  Pengembangan kurikulum haruslah sejajar dengan pembangunan negara dan dunia, sejajar dengan kemajuan sains dan teknologi. Maka, kandungan kurikulum pendidikan perlu menitikberatkan pada mata pelajaran sains dan kemahiran teknik atau vokasional, kerana tenaga kerja yang mahir sangat dibutuhkan dan diperlukan dalam zaman yang berteknologi dan canggih ini.[9]



[1]  Hujair AH. Sanaky, Dr. MSI, adalah dosen Program Pascasarjana FIAI UII dan Dosen Prodi Pendidikan Agama Islam FIAI UII Yogyakarta.
[2]Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikum; Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 158.
[3] Akhmad Sudrajat, Pengembangan Kurikulum, dikutip dari: http://istpi.wordpress.com/ 2008/10/27/pengembangan-kurikulum/,diakses pada tanggal 20 Nopember 2008).
[4] Nana Syaodih Sukmadinata,  Pengembangan Kurikum; Teori dan Praktek”, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm.46.
[5] Baca: Artikel: “Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum”, dikutip dari https://sites.google.com/site/putraandesnata/faktor-yang-mempengaruhi-pengembangan-kurikulum, diakses pada Selasa, 10 Oktober 2017, jam.10.34 WIB.
[6  E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 250
[7] Nana Syaodih Sukmadinata,  Pengembangan Kurikum; Teori dan Praktek”, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm.60.
[8]Akhmad Sudrajat, Pengembangan Kurikulum”, dikutip dari http://istpi. wordpress. com/2008/10/27/pengembangan-kurikulum/, diakses pada tanggal 20 Nopember 2008
[9]Baca: Artikel: “Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum”, dikutip dari https://sites.google.com/site/putraandesnata/faktor-yang-mempengaruhi-pengembangan-kurikulum, diakses pada Selasa, 10 Oktober 2017, jam.10.34 WIB.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar