Rabu, 09 Agustus 2017

Puasa Ramadhan Membentuk Kesalehan Individual dan Kesalehan Sosial


Naskah Hikmah Ramadhan
Jadwal Pemuatan; Sabtu, 3 Juni 2017.


 
     


 Puasa Ramadhan Membentuk Kesalehan Individual dan Kesalehan Sosial

Hujair AH. Sanaky

Ibadah puasa ramadhan merupakan sarana tarbiyah, ta’lim, ta’dib untuk mendidik, membina, melatih, membentuk kepribadian manusia, agar  menjadi pribadi dewasa, unggul, dan  bertaqwa kepada Allah.  Puasa ramadan merupakan latihan perwujudan diri sebagai proses untuk menjadi manusia yang sempurna-takwa-insan kamil.  Puasa ramadhan memberi pengaruh posetif terhadap diri baik pada aspek jasmani, jiwa, dan kehidupan sosial.  Tentu saja mereka yang berpuasa terlatih dirinya untuk menjadi insan takwa, dewasa, kuat rohani, jasmaninya, dan tercerahkan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Maka pelaksanaan puasa ramadan merupakan titik balik peradaban manusia untuk melatih diri manusia membangun relasi manusia dengan Tuhan-nya (hablun minallah) dan relasi manusia dengan manusia (hablun minan naas).
Ibadah puasa ramadhan adalah wajib hukumnya bagi orang-orang yang beriman. Tujuan puasa ramadhan adalah “la’allakum tattaquun”, agar menjadi manusia yang bertakwa (baca:QS.Al-Baqarah:183). Maka dalam melaksakan ibadah puasa ramadhan telah disyariatkan untuk membentuk insan bertakwa, yaitu pribadi manusia yang memiliki “dimensi ilahiyah” yang tinggi dan memiliki “dimensi insaniah” yang sempurna. Tetapi, seruan kepada takwa itu tidak hanya dalam ibadah puasa saja, tetapi juga pada ibadah-ibadah lain, bahkan segala aspek dalam muamalah atau tata hubungan manusia dengan manusia. Sebab suatu kegiatan ibadah juga mempunyai tujuan agar manusia membiasakan diri untuk mempertajam kepekaan sosialnya.
Di dalam “muttaqin” terdapat dua dimensi, yakni kesalehan individu dan kesalehan sosial. Pertama, dalam berpuasa, latihan untuk membentuk kesalehan individu yang merupakan target utama mencapai muttaqim.  Dengan berpuasa berarti telah menandakan kepatuhan dan ketakwaan kepada Ilahi dan sadar perannya sebagai khalifah di muka bumi.  Bentuk kesalehan inidividual yang terlatih dalam ibadah puasa yaitu memiliki semangat “spiritualitas” yang tinggi  dan diwujudkan dalam sistem kepercayaan yang menuntut manusia untuk melaksanakan apa yang baik (taqwā), menolak apa yang batil (fujūr).  Kedua, kesalehan sosial adalah ibadah puasa melatih manusia untuk memiliki keperdulian sosial, memiliki sikap toleransi, sikap menghargai sesama manusia, meningkatkan kedisiplinan melalui pengaturan hidup sehari-hari di masyarakat dalam artian mematuhi semua aturan yang berlaku dalam kehidupan, baik itu norma, hukum, dan etika. 
 Puasa ramadhan merupakan bentuk ibadah yang tidak hanya melatih dan membina kesalehan individual saja, tetapi juga melatih peningkatan kesalehan sosial.  Ketakwaan yang menjadi sasaran utama pelaksanaan rukum Islam,  memiliki dimensi pembinaan yang komprehensif, baik bagi pembentukan kualitas hidup individual maupun bagi upaya penciptaan iklim sosial.  Untuk mengukur dimensi-dimensi ketakwaan manusia yang terkaitan dengan ukuran-ukuran kesalehan individu dan sosial, dapat dikaji dalam Al-Qur’an, surah  al-Baqarah: 2−4.  Setidaknya ada lima ciri manusia takwa yang memiliki kesalehan individual dan sosial yang dapat diukur, yaitu; (1) manusia yang memiliki semangat spiritualitas tinggi, diwujudkan dalam sikap kepercayaan dan kepatuhan kepada yang gaib, yaitu Allah; (2)  selalu terikat dan mematuhi norma-norma, hukum, etika, yang diujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu melaksanakan salat; (3) memiliki kepedulian sosial, yaitu sikap kesanggupan berbagi, menolong terhadap golongan yang lemah; (4) memiliki sikap toleran, sikap mengahargai sesama manusia, sikap solidaritas sosial, sebagai salah satu perwujudan dari dimensi keimanan; dan (5) berorientasi ke depan, sebagai salah satu konsekuensi dari keimanan terhadap adanya hari akhir (http://syaamilquran.com). Dengan lima ciri ini akan terbangun kualitas iman dan takwa dalam diri manusia. Tumbuh pribadi-pribadi muslim yang kuat, memilik perilaku unggul, senantiasa ikhlas dalam beramal,  suka menolong, santun kepada orang lain, jauh dari kekerasan, dan cinta damai.
Kata akhir, hikmah puasa ramadan merupakan sebuah jawaban untuk melatih, mendidik, membina individu atau masyarakat  untuk membangun sifat spritual yang membawa pengaruh posetif terhadap sikap keagamaan secara individual dan sosial. Kesalehan individual merupakan target utama “la’allakum tattaquun” (QS.al-Baqarah:183), sehingga dengan berpuasa terjadi “kepatuhan” dan “ketakwaan” kepada Ilahi. “Kesalehan sosial  merupakan kepedulian kepada nilai-nilai Islami yang bersifat sosial” (Gus Mus). Karena dalam melaksanakan  ibadah puasa ramadhan  terdapat nilai-nilai kesalehan sosial yang selalu berada pada jaringan sosial masyarakat yang dilandasi dengan kualitas iman dan takwa. Makna kesalehan sosial dalam melaksanakan ibadah puasa ramadhan adalah membangun tatanan sosial yang lebih baik yang rahmatan lil alamin, berupa rasa solidaritas, kepedulian antar saudara, rasa kemanusiaan mendalam atas penderitaan sesama manusia.

Dr. Hujair AH. Sanaky,  MSI
Ketua Program Pasca Sarjana FIAI UII, Dosen  Prodi PAI FIAI UII Yogyakarta.
Telah dimuat pada tanggal 3 Juni 2017 di Rubrik Ramadhan Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar