Sabtu, 19 Agustus 2017

RESEARCH AND DEVELOPMENT




RESEARCH AND DEVELOPMENT
BAHAN AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA TUNA GRAHITA RINGAN (C)
SLB BHAKTI KENCANA BERBAH SLEMAN
Oleh Hujair AH. Sanaky dkk.[1]

Abstrak:
Penelitian ini berlatar belakang adanya permasalahan dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Tuna Grahita Ringan (C) di SDLB Bhakti Kencana Berbah Sleman dan SDLB secara umum. Peneliti berasumsi bahwa kurikulum yang dilaksanakan dalam pembelajaran PAI di SD Tuna Grahita C tidak sesuai dengan difabelitas yang disandang oleh siswa. Hal ini terlihat dari rumusan standar kompetensi untuk SD tuna Grahita yang tidak berbeda dengan standar kompetensi untuk anak normal.  Pembedaan antara siswa normal dan Tuna Grahita C adalah sangat jelas, yaitu perbedaan kemampuan IQ”.
Dari latar belakang permasalahan tersebut, penelitian ini mengambil sebagian aspeknya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, yaitu dengan menggunakan strategi optimalisasi bahan ajar sebagai pecapaian standar kompetensi PAI SD Kelas 1 untuk anak tuna grahita ringan. Rumusan masalah yang dijawab dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Model Bahan Ajar PAI bagi anak Sekolah Dasar Luar Biasa Tunagrahita ringan (C) Kelas I yang Efektif?”
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development). Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa  Modul PAI untuk kelas 1 SD Tuna Ghrahita yang layak dipakai dalam pembelajaran  adalah bahan ajar yang berprinsip; (a) dari yang mudah ke yang sulit, dari yang kongkrit ke abstrak, dari yang sederhana ke yang komplek, (b) sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa; (c) menekankan keterampilan fungsional dengan kondisinya; (d) menarik dan membantu penyajian. Desain modul yang dikembangkan berisi langkah-langkah yang lebih lengkap dari yang sudah ada, sehingga dapat mempermudah siswa dalam pembelajaran.
Hasil uji kelayakan menunjukkan bahwa modul yang dikembangkan, adalah modul yang: (1) Mempunyai Kelayakan Isi dengan kategori Baik; (2)  Dari aspek bahasa dan gambar juga menunjukkan hasil Baik; (3) Dilihat dari aspek penyajian menunjukkan hasil Baik; (4) Dari aspek penyajian termasuk kategori “Sangat baik“ karena memiliki keseimbangan teks dengan gambar, ukuran gambar, penggunaan huruf, sampul modul yang menarik, sehingga mempermudah siswa memahami materi dalam modul. 
Kata Kunci: Bahan Ajar PAI, Tuna Grahita, SDLB

Tulisan “RESEARCH AND DEVELOPMENT  BAHAN AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA TUNA GRAHITA RINGAN (C)  SLB BHAKTI KENCANA BERBAH SLEMAN”,  telah dimuat di jurnal   Millah, Jurnal Studi Agama, Vol,XIV, No. 1, Februari 2014, ISSN: 1412-0992, Magister Studi Islam (MSI) UII, Yogyakarta.
 

A.  Pendahuluan
Pendidikan adalah hak semua warga negara tanpa kecuali termasuk anak yang berkebutuhan khusus (ABK).  Anak-anak berkebutuhan khusus merupakan bagian dari masyarakat yang memiliki keterbatasan fisik maupun mental. Upaya memberikan hak pendidikan kepada ABK yang sama dalam bidang pendidikan dilakukan secara berkesinambungan, terpadu dan penuh tanggung jawab agar mereka tidak lagi dianggap sebagai siswa yang hanya dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Hal ini dalam Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, dalam Pasal 6 ayat 6 bahwa Setiap penyandang cacat memiliki hak yang sama untuk menumbuh kembangkan bakat, kemampuan dan kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
Ada dua bentuk lembaga atau sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus, yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB) dan Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB). Dua model sekolah ini dirancang secara khusus sesuai dengan jenis dan karakteristik kelainannya. SLB dirancang khusus anak-anak berkebutuhan dari satu jenis kelainan, sedangkan SDLB khusus hanya satu jenjang pendidikan SD. Selain itu siswa SDLB tidak hanya terdiri dari satu jenis kelainan saja, tetapi bisa dari berbagai jenis kelainan. Pengembangan kurikulum untuk sekolah-sekolah ini telah dilakukan oleh pemerintah melalui BSNP.
Sebagaimana permasalahan pendidikan pada umumnya, di sekolah-sekolah SLB dan SDLB juga mempunyai problem yang beragam. Di antaranya adalah pembelajaran PAI di SLB untuk Tunagrahita mempunyai problem penyesuaian materi, perbedaan kemampuan dan pemahaman, titik kejenuhan, hiperaktif, komunikasi, kurangnya dukungan dari orang tua, dan metode yang digunakan guru kurang dapat diterima oleh siswa (Tutik Munawaroh, 2009), kurangnya pengalaman guru dalam mengajar siswa yang berkelainan, kurangnya ketegasan kebijakan pihak lembaga, kemampuan intelektual dan mental anak penyandang tunagrahita yang terbatas, ketunagandaan pada siswa, kenakalan siswa, latar belakang keluarga yang berbeda-beda, materi yang terlalu berat, keterbatasan waktu, kurangnya variasi media pendidikan, dan belum maksimalnya pemanfaatan jam tambahan (Tri Mulat, 2011), secara kualitatif kurikulum PAI (SK-KD) yang dikeluarkan BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan) ditinjau dari aspek Psikologis hanya sesuai untuk jenis Tuna netra (A) dan tunadaksa (D), belum sesuai/kurang relevan untuk kondisi ketunaan yang lain, seperti jurusan B, C, CI, E, G. (Aziz Fuadi, 2011). Peneliti juga menemukan bahwa bahwa materi PAI kelas satu Sekolah Dasar Luar biasa yang tertera dalam kurikulum yang dikeluarkan oleh BNSP untuk anak berkebutuhan khusus terutama anak Tunagrahita ringan (C) kurang tepat. Hal ini terkait dengan prinsip pembelajaran, yaitu mengurutkan dari yang mudah ke yang sulit, sederhana menuju yang komplek disesuaikan dari kelas rendah menuju kelas yang lebih tinggi.
Mengamati permasalahan pembelajaran PAI untuk anak-anak Tunagrahita di atas, ada satu masalah yang sangat urgen yang mendesak untuk dibahas karena sangat sentral, yaitu materi pembelajaran PAI.  Peneliti berasumsi bahwa kurikulum yang dilaksanakan dalam pembelajaran PAI di SD Tuna Grahuta C tidak sesuai dengan difabelitas yang disandang oleh siswa. Hal ini terlihat dari rumusan standar kompetensi untuk SD tuna Grahita yang tidak berbeda dengan standar kompetensi untuk anak normal. Pembedaan antara siswa normal dan Tuna Grahita C adalah sangat jelas, yaitu perbedaan kemampuan IQ, sebagaimana diungkap PP No. 72 tahun 1991 yang menyatakan bahwa "Anak tunagrahita ringan adalah mereka yang mempunyai IQ antara 50-70 sehingga mengalami hambatan dalam kecerdasan dan adaptasi sosialnya, namun mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial, kemampuan bekerja".
Perbedaan IQ dengan kesamaan materi pembelajaran PAI adalah merupakan sebuah masalah atau bahkan pengabaian terhadap hak-hak siswa Tuna Grahita dalam memperoleh pendidikan secara baik. Terlepas dari masalah ini, penulis mencoba menjembatani masalah ini dengan menggunakan strategi optimalisasi bahan ajar sebagai pecapaian standar kompetensi PAI SD Kelas 1 untuk anak tuna grahita ringan.
B.    Kerangka Teori
1.     Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian tentang pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk anak Tuna Grahita Ringan menghasilkan temuan bahwa pembelajaran untuk Tunagrahita Ringan kurang berjalan dengan maksimal. Di antaranya penelitian berjudul “Problematika Belajar Pendidikan Islam pada Anak Penyandang Tuna Grhaita (SLB B/C YPPLB Ngawi Kabupaten Ngawi)” yang dilakukan oleh Tutik Munawaroh (2009). Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa problematika belajar Pendidikan Islam yang dialami siswa penyandang Tuna Grahita adalah penyesuaian materi, perbedaan kemampuan dan pemahaman, titik kejenuhan, hiperaktif, komunikasi, kurangnya dukungan dari orang tua, dan metode yang diugunakan oleh guru kurang bisa diterima oleh siswa.
Begitu juga penelitian yang dilakukan Tri Mulat yang berjudul “Problematika Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Anak Penyandang Tunagrahita di SLB PGRI Tri Mulyo Kabupaten Bantul” menghasilkan temuan bahwa problematika belajar pendidikan Islam pada siswa penyandang tunagrahita di SLB PGRI Tri Mulyo Kabupaten Bantul adalah kurangnya pengalaman guru dalam mengajar siswa yang berkelainan, kurangnya ketegasan kebijakan pihak lembaga, kemampuan intelektual dan dan mental anak penyandang tunagrahita yang terbatas, ketunagandaan pada siswa, kenakalan siswa, latar belakang keluarga yang berbeda-beda, materi yang terlalu berat, keterbatasan waktu, kurangnya variasi media pendidikan, dan belum maksimalnya pemanfaatan jam tambahan. Penelitian lainnya, yang dilakukan oleh Dian Permatasari (2009) yang berjudul “Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Solusinya pada Anak Autis di Sekolah Luar Biasa (SLB) Idayu Malang” menghasilkan temuan kurangnya Jam pelajaran yang disediakan untuk pendidikan agama Islam, sehingga pembelajaran tidak bisa mencapai tujuannya.
Problem tentang kurikulum juga menjadi temuan penelitian Aziz Fuadi (2011) dan Siti Munfadilah (2008). Aziz Fuadi dalam penelitiannya yang berjudul “Telaah Kurikulum Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Luar Biasa”, menemukan bahwa secara kualitatif kurikulum PAI (SK-KD) yang dikeluarkan BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan), ditinjau dari aspek Psikologis hanya sesuai untuk jenis Tuna netra (A) dan tunadaksa (D), belum sesuai/kurang relevan untuk kondisi ketunaan yang lain, seperti: jurusan B, C, CI, E, G. Penelitian Siti Munfadilah yang mengangkat judul “Manajemen Pendidikan Agama Islam Bagi Anak berkebutuhan Khusus“ membahas masalah perencanaan manajemen pembelajaran PAI di SLB Negeri I Yogyakarta pada tahun 2008. Ia mengkritisi materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang disamaratakan antara A-B-K dengan semua jenis ketunaan. Hasil penelitiannya bahwa materi yang ditetapkan dalam kurikulum masih terlalu umum dan belum sesuai dengan anak berkebutuhan khusus.
Penelitian yang berkenaan dengan pengembangan bahan ajar telah dilakukan oleh Surtikanti (2005), yang berjudul “Pengembangan bahan Ajar berbantuan Komputer Untuk memfasilitasi Active Learning Dalam Mata Kuliah Landasan Pendidikan”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pembelajaran berbantuan komputer yang dirancang efektif digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran, pembelajaran berbantuan komputer yang dirancang efektif digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran, pembelajaran berbantuan komputer memiliki efisiensi waktu yang tinggi.
Selanjutnya hasil penelitian yang ditulis oleh Wiji Hidayati (2010) yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Mata Kuliah Psikologi Perkembangan di Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Pendekatan Integrasi – Interkoneksi). Yang ditulis pada tahun 2010, membahas tentang tahap- tahap pengembangan bahan ajar yang berupa modul, dengan terwujudnya modul tersebut diharapkan mahasiswa dapat belajar sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, kecepatan dan carannya sendiri, serta sebagai alternatif sumber belajar, sehingga diharapkan adannya peningkatan kualitas pembelajaran.
Sejauh pengetahuan penulis, penelitian-penelitian tentang Anak Tunagrahita belum ada yang membahas tentang pengembangan bahan ajar. Sementara signifikansi pembahasan ini sangat strategis karena asumsi penulis, bahan ajar akan memberikan materi yang teruji di lapangan, strategi pembelajaran untuk guru, dan membantu fokus anak tunagrahita dalam belajar, serta juga bisa dijadikan penghubung antara guru dan orang tua. Secara spesifik, penelitian ini adalah tentang pengkajian ulang bahan ajar Pendidikan Agama Islam (PAI) dan tersusun materi/bahan ajar yang berupa modul untuk anak berkebutuhan khusus yaitu Sekolah Dasar luar Biasa Tunagrahita Ringan (C) kelas I.

2.     Konsep Pengembangan Bahan Ajar

Menurut Sugiono (2004) Pengembangan adalah memperdalam dan memperluas pengathuan yang telah ada. Menurut Mariana Karim (1998) Pengembangan diartikan perubahan, pembaruan yang menunjuk kepada suatu kegiatan yang menghasilkan cara yang baru sesuai dengan kondisi yang ada. Menurut pengertian dalam Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 18 Tahun 2002, Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pengertian sebagaimana dalam UU RI tersebut. Penggunaan pengertian ini lebih tepat bahwa Pengembangan Bahan Ajar dalam penelitian ini adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru. Pengertian teknologi dalam penelitian ini adalah sebuah sistem berpikir dan juga sebagai instrumen.

Menurut Marina (1998) bahan ajar adalah bentuk konten baik teks, modul audio, foto, video, animasi yang digunakan untuk belajar. Bahan ajar menurut pengertian yang diberikan Pannen (dalam Belawati, 2003) adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Pengertian yang diberikan Pannen tersebut tidak berbeda dengan yang diberikan oleh (Muhaimin, 2008) bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Ditinjau dari subyeknya bahan ajar dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yakni bahan ajar yang tidak sengaja dirancang namun dapat dimanfaatkan untuk belajar. Misalnya: kliping koran, film, sinetron, iklan, berita. Karena sifatnya tidak dirancan maka harus diseleksi dahulu disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Menurut National center for Vocational educational Research/National Center for Competency Based Training, bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas (Mariana, 1998).

Dalam penelitian ini, bahan ajar yang dimaksud adalah modul yang digunakan untuk membantu guru dan siswa dalam pembelajaran dalam kelas. Modul ini berisi materi pembelajaran (instructional materials) terkait pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan, meliputi pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.

 

3.     Prinsip-prinsip Pengembangan Bahan Ajar

a.     Menentukan cakupan bahan ajar

Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran harus diperhatikan apakah jenis materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif, ataukah aspek psikomotorik.
Selain itu, perlu diperhatikan pula prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya. Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan berapa banyak materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran, sedangkan kedalaman materi menyangkut seberapa detail konsep-konsep yang terkandung di dalamnya harus dipelajari/dikuasai oleh siswa.
Prinsip berikutnya adalah prinsip kecukupan (adequacy) (Mariana, 1998). Kecukupan (adequacy) atau memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan dalam pengertian. Cukup tidaknya aspek materi dari suatu materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang harus dipelajari oleh murid terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.

b.      Menentukan urutan bahan ajar
Bahan ini akan dikembangkan berdasarkan urutan logis sebagaimana pendapat Rowntree (1974) bahwa sekuens logis bahan ajar dimulai dari bagian menuju pada keseluruhan, dari yang sederhana kepada yang kompleks, tetapi menurut sekuens psikologis sebaliknya dari keseluruhan kepada bagian, dari yang komplek kepada yang sederhana. Menurut sekuens logis bahan ajar disusun dari yang nyata kepada yang abstrak, dari benda-benda kepada teori, dari fungsi kepada struktur, dari masalah bagaimana kepada masalah mengapa.

c.      Cakupan bahan ajar
Cakupan bahan ajar, meliputi:
1)                          Judul, MP,SK,KD, Indikator,
2)                          Petunjuk belajar siswa/guru
3)                          Tujuanyang ingin dicapai
4)                          Informasi pendukung
5)                          Latihan-latihan
6)                          Petunjuk kerja
7)                          Penilaian (Ali Mudlofir, 2008).

d.     Peta Bahan Ajar

Langkah-langkah dalam pemetaan bahan ajar:
1)       Menentukan SK dan KD.
2)       Menentukan materi pokok
 a) Materi pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon, apresiasi, internalisasi dan penilaian.
  b) Materi pembelajaran aspek psikomotorik dari gerakan awal. Semi rutin dan rutin (Mariana, 1998).

4.     Komponen-komponen dalam Bahan Ajar

Komponen-komponen dalam Bahan Ajar, meliputi:

a.  Kompetensi: Merupakan kemampuan penguasaan pengetahuan, sikap dan ketrampilan tentang suatu obyek setiap mata pelajaran/bidang studi. Seorang dikatakan kompeten adalah orang yang memiliki pengetahuan (kognitif), Sikap (afektif), ketrampilan (Psikomotor) melakukan sesuatu.
b.  Standar Kompetensi: Merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, ketrampilan yang yang diharapkan dicapai pada setiap kelas atau semester pada suatu mata pelajaran.
c.   Kompetensi Dasar: Sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam sustu pelajaran.
d.  Indikator: Perilaku yang dapat diukur/diobservasi untuk mewujudkan ketercapaian kompetensi dasar tentang yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan kata kerja operasional (KKO) yang dapat diamati dan diukur yang mencakup pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.
e.  Evaluasi: Kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris “Evaluation” yang berarti penilaian atau penaksiran. Menurut istilah Evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu kedaan suatu obyek dengan menggunakan instrumen (Mulyasa, 2005).

5.     Bahan Ajar yang Selama ini Digunakan

Bahan ajar yang digunakan selama ini oleh Guru PAI di Kelas 1 Yuna Grahita C adalh buku-buku yang digunakan di sekolah dasar untuk siswa normal. Hal ini disebabkan karena standar kompetensi yang sama antara anak SD normal dan SD Tunagrahita.

Dalam Buku tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar peserta didik pada Sekolah Dasar Luar Biasa Tuna Grahita Ringan (SDLB-C) yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Luar biasa disebutkan bahwa kompetensi SDLB C adalah sebagai berikut:

 

 

Tabel 1. Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI Kelas 1

Untuk SDLB Tuna Grahita Ringan (SDLB-C)


STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
1.  Menghafal Al Quran surat pendek pilihan
1.1 menirukan lafal surat Al-Fatihah
1.2 Melafalkan surat Al-Fatihah secara hafalan dengan benar
2. Mengenal rukun iman
2.1 Menunjukkan ciptaan Allah SWT
2.2 Menyebutkan enam rukun iman
2.3 Menghafal enam rukun iman
3. Berperilaku terpuji
3.1 membiasakan perilaku jujur dan bertangung jawab
3.2  membiasakan perilaku hidup bersih
3.3 membiasakan perilaku kasih sayang
4. Bersuci (thaharah)
4.1 Mengetahui pengertian bersuci (thaharah)
4.2 Mengenal tata cara berwudhu
4.3 Mempraktekkan tata cara berwudhu
5. Mengenal rukun Islam
5.1 Menyebutkan rukun Islam
5.2 Menghafal rukun Islam
6. Menghafal Al Qur’an surat-surat pendek pilihan (lanjutan)
6.1 menirukan lafal surat Al-Ikhlas dengan benar
6.2 Melafalkan surat Al-Ikhlas secara hafalan dengan benar
6.3 menirukan lafal surat Al-Kautsar dengan benar
6.4 menirukan lafal surat Al-Kautsar secara hafalan dengan benar
7. Mengenal dua kalimat syahadat
7.1 Menirukan lafal syahadat tauhid dan syahadat rasul
7.2 Menirukan lafal dua kalimat syaha dat secara hafalan
7.3 Mengartikan dua kalimat syahadat
8. Berperilaku terpuji
8.1 Membiasakan perilaku rajin
8.2 Membiasakan perilaku dermawan
9.2 Membiasakan adab makan dan minum
9.3 Membiasakan adab sebelum dan sesudah tidur
9. Bersuci (thaharah )
10.1 Mempraktekkan tata cara bersuci (thaharah)
10.2 Membiasakan tata cara bersuci secara benar

 

Sementara Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk Sekolah Dasar untuk siswa normal adalah sebagai berikut:

 

 

 

 

 

 

Tabel 2. Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI Kelas 1

Untuk Sekolah Dasar

STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
Al Qur’an
1. Menghafal Al Qur’an surat pendek pilihan

1.1.   Melafalkan QS. Al-Fatihah dengan lancar
1.2.  Menghafalkan QS. Al-Fatihah dengan lancar
Aqidah
2. Mengenal Rukun Iman

2.1.  Menunjukkan ciptaan Allah SWT melalui ciptaannya
2.2.  Menyebutkan 6 rukun iman
2.3.  Menghafal enam rukun iman
Akhlaq
3. Membiasakan prilaku terpuji

3.1.  Membiasakan prilaku jujur
3.2.  Membiasakan prilaku bertanggungjawab
3.3.  Membiasakan prilaku hidup bersih
3.4.  Membiasakan prilaku disiplin
Fiqh
4. Mengenal tata-cara bersuci (thaharah)

4.1.   Menyebutkan pengertian bersuci
4.2.  Mencontoh tatacara bersuci
5. Mengenal rukun Islam
5.1.  Menirukan ucapan rukun Islam
5.2.  Menghafal rukun Islam
Al Qur’an
6. Menghafal Al Qur’an surat pendek pilihan

6.1.  Menghafal QS. Al-Kautsar dengan lancar
6.2.  Menghafal QS. An-Nasr dengan lancar
6.3.  Menghafal QS. Al-‘Ashr dengan lancar
Aqidah
7. Mengenal dua kalimat syahadat

7.1.  Melafalkan syahadat tauhid dan syahadat rasul
7.2.  Menghafal dua kalimat syahadat
7.3.  Mengartikan dua kalimat syahadat
Akhlaq
8. Membiasakan prilaku terpuji

8.1.  Menampilkan prilaku rajin
8.2.  Menampilkan prilaku tolong menolong
8.3.  Menampilkan prilaku hormat terhadap orangtua
8.4.  Menampilkan adab makan dan minum
8.5.  Menampilkan adab belajar
Fiqh
9. Mengenal tata-cara bersuci (thaharah)

9.1.  Menyebutkan tatacara berwudlu
9.2.  Mempraktikkan tatacara berwudlu

 

Para ahli menyebutkan bahwa perbedaan utama dalam pembelajaran antara siswa normal dengan tuna grahita ringan adalah permasalahan daya tangkap. Daya tangkap siswa tuna grahita lebih lambat. Oleh karenanya, persamaan standar kompetensi yang disusun oleh BNSP adalah sebuh pertanyaan tersendiri.

 

6.    Karakteristik anakTunagrahita Ringan
Secara umum karakteristik anak Tunagrahitas Ringan sebagai berikut:
a.         Segi Intelektualnya
1)     Sulit menyamapaikan keberadaan dirinya, hal tersebut disebabkan oleh faktor bahasa yang menjadi hambatan, dikarenakan mereka pada umunya sulit untuk mengatakan atau menyampaikan kata yang sesuai dengan keadaan yang diinginkannya.
2)     Mereka berkesulitan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada, tidak mampu membuat suatu rencana bagi dirinya, dan anak tersebut pun sulit untuk memilih alternatif pilihan yang berbeda.
3)     Mereka sulit sekali untuk menuliskan simbol-angka, sehingga secara umum mereka memiliki kesulitan dalam bidang membaca, menulis dan berhitung.
4)     Kemampuan belajar anak tunagrahita terbatas. Mereka mengalami kesulitan yang berarti dalam pengetahuan yang bersifat konsep dan dalam menempatkan dirinya dengan keadaan situasi lingkungannya.

b.               Segi tingkah lakunya/Perilaku akademik
1)     Perkembangan anak tunagrahita lamban, sulit mempelajari sikap tertentu, bahkan sulit melakukan pekerjaan yang ditugaskan walaupun tugas tersebut bagi orang normal sangat sederhana.
2)     Faktor kognitif merupakan hal yang sulit bagi anak tersebut, khususnya yang berkenaan dengan perhatian dengan atau konsentrasi, ingatan, berbicara dengan bahasa yang benar, dan dalam kemampuan akademiknya.
3)     Anak tunagrahita seringkali merasakan ketidakmampuan dalam melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang diberikan padanya, karena seringnya melakukan kesalahan-kesalahan pada saat melakukannya.
4)     Mereka pada umunya kurang percaya diri dan seringkali menggantungkan bimbingan atau bantuan orang lain, atau dengan kata lain rasa kemampuan dirinya kurang. Mereka juga seringkali sulit dalam memilih lingkungan pergaulan yang baik, sehingga mudah terjerumus pada hal-hal yang negatif (Abdul Rohman, 2012).

7.     Prinsip Penyelenggaraan Pembelajaran PAI Bagi Anak Luar Biasa
Mendidik anak luar biasa sebagai pemberian hak asasi manusia sesuai bunyi Undang- Undang RI No.4 Tahun 1997 tentang penyandang cacat. Bab 1 pasal 1 ayat 3 “kesamaan kesempatan adalah keadaan yang memberikan peluang kepada penyandang cacat ( fisik, mental, fisik dan mental, ayat 1 a b c ), untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan”. PP No.43 Tahun 1998 Bab II pasal 6 “Kesamaan kesempatan bagi penyandang cacat diarahkan untuk mewujudkan kesamaan kedudukan, hak, kewajiban dan peran penyandang cacat, agar dapat berperan dan berintegrasi secara total sesuai dengan kemampuannya dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan”. Lebih rinci pada pasal 23 tentang kesamaan kesempatan dalam pendidikan dinyatakan: “Setiap penyandang caca memiliki kesempatan dan perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan pada satuan, jalur, jenis dan jenjang pendidikan sesuai dengan jenis dan kecacatannya” (Puskur, 2006). Dalam pasal 24 ayat (1) dinyatakan “Setiap penyelenggara satuan pendidikan bertanggung jawab atas pemberian kesempatan dan perlakuan yang sama kepada penyandang cacat untuk memperoleh pendidikan”.
Rentang waktu pembelajaran umumnya lebih lama dari anak biasa untuk sampai menguasai materi ajar yang seimbang dengan batas kemampuan mereka masing- masing.


8.     Konsep Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam untuk SLB
Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Luar Biasa pada dasarnya adalah pendidikan yang diberikan untuk melayani anak berkebutuhan khusus yang memiliki kelainan mental maupun intlegensi dalam meyakini, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui bimbingan, pengajaran atau latihan dengan memperhatiakan tuntutan untuk menghormati Agama lain dalam hubungan umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. (Puskur, 2006).

9.     Tujuan Pendidikan Agama Islam di SLB
1)            Menumbuhkembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembinaan serta pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaan kepada Allah.
2)            Mewujudkan manusia yang taat beragama dan berakhlaq mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, disiplin, toleransi dan menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dan komunitas sekolah (Puskur, 2006).

C.  Hasil dan Pembahasan Penelitian
Modul pembelajaran ini merupakan hasil konfirmasi antara kajian teori dan temuan  penelitian sebelumnya, dengan hasil-hasil penelitian yang diperoleh.
1.     Hasil Desain Modul
Desain Modul PAI yang sesuai siswa SDLB C kelas I, memuat hal-hal sebagai berikut:
a.        Kata Pengantar
b.        Pengesahan
c.        Daftar isi
d.        Pedoman petunjuk penggunaan modul  bagi guru dan siswa. Petunjuk siswa berisi perihal  ketentuan/peraturan yang harus diketahui, difahami, dan diikuti siswa selama belajar menggunakan modul. Petunjuk bagi siswa berfungsi  untuk memberi arahan bagi siswa agar lebih cepat berhasil dalam pembelajaran dengan modul.
e.       Standar Kompetensi (SK)
f.        Kompetensi  Dasar (KD)
g.       Indikator
h.      Tujuan Pembelajaran
i.        Peta konsep. Berfungsi sebagai  gambaran secara umum materi yang akan dipelajari.
j.          Advance organizer. Berisi gambar dan kalimat- kalimat pembuka yang berfungsi untuk menambah motivasi dan daya tarik dalam mempelajari materi pembelajaran.
k.        Kosa kata PAI. Berisi kumpulan kata atau istilah yang harus difahami oleh siswa untuk mendukung proses pemahaman materi.
l.         Aktivitas pembelajaran PAI (Praktik), kegiatan mempraktikkan materi yang sudah dipelajari.
m.      Asah pemahaman. Berisi tugas-tugas yang harus dikerjakan/dilakukan oleh siswa  sebagai sarana untuk menguji kemampuan dan pemahaman.
n.     Jendela PAI. Berisi berita atau informasi pengetahuan yang berkaitan dengan materi PAI. Jendela PAI berfungsi untuk menambah pengetahuan siswa serta mendukung pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari.
o.        Appersepsi
p.        Isi, desain modul terdiri dari 5 (lima) bab, yang terdiri dari materi sebagai berikut:

NO
BAB
MATERI
SUB MATERI
1
I
Rukun Islam
a. Lima rukun Islam
-   Meniru melafalkan  lima rukun Islam
-   Meniru menghafal lima rukun Islam
-   Menghafal lima rukun Islam
b. Syahadatain
-   Meniru melafalkan syahadat tauhid
-   Menghafal  syadat tauhid
-   Meniru melafalkan syahadat Rasul
-   Menghafal syahadat Rasul
-   Menghafal syahadatain
c. Shalat
-   Nama-nama shalat fardhu
-   Jumlah Raka’at shalat fardhu
-   Waktu  pelaksanaan shalat fardhu
-   Nama- nama gerakan shalat fardhu
-   Mempraktikkan gerakan shalat fardhu
-   Bacaan Shalat fardhu
2
II
Bersuci
-   Pengertian bersuci
-   Contoh tata cara bersuci
-   Berwudhu ( niat dan tata cara wudhu)
3
III
Rukun Iman
-   Menyebutkan ciptaan Allah
-   Menyebutkan Rukun Iman
4
IV
Sifat-sifat terpuji

-   Perilaku jujur
-   Perilaku hormat kepada orang tua dan guru
-   Adab belajar
-   Adab makan dan minum
-   Perilaku hidup bersih
-   Perilaku Rajin
-   Perilaku tanggung jawab
-   Perilaku disiplin
-   Perilaku tolong menolong
5
V
Surat-Surat Pendek dalam Al- Qur’an
-   Menghafal surat Al-Fatihah
-   Menghafal surat  An-Naas
-   Menghafal surat Al-Ikhlas
                                                                                                   

q.      Rangkuman, agar siswa dapat memahami garis besar materi yang dipelajari
r.       Mari berfikir
s.      Mari mencoba
t.       Asah Pemahaman
u.     Rangkuman, agar siswa dapat memahami garis besar materi yang dipelajari
v.      Uji Kemampuan
w.     Umpan Balik dan tindak lanjut
x.      Refleksi diri
y.      Evaluasi, Evaluasi, Evaluasi berisi  soal tertulis dan praktik, Evaluasi berfungsi sebagai sarana bagi siswa untuk menguji penguasaan materi yang dipelajari dalam satu tema atau satu kompetensi.
z.      Kunci jawaban
aa.   Kunci jawaban berisi jawaban dari tugas-tugas dalam asah pemahaman, praktik/uji kemampuan. Kunci jawaban berfungsi sebagai sarana bagi siswa untuk mengetahui ketepatan jawaban dari tugas-tugas yang diberikan/uji kemampuan yang sudah dikerjakan.
bb.   Daftar pustaka atau referensi

Desain modul yang dikembangkan ini berbeda dengan buku teks yang sudah ada yaitu berisi langkah-langkah yang lebih lengkap, sehingga mempermudah siswa dalam mempelajari dan pedoman dalam pembelajaran, selain hal tersebut, materinya disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan siswa SDLB C tunagrahita ringan kelas I, Penyampaiannya disertai gambar yang menarik, sehingga siswa lebih perhatian, konsentrasi, dan tidak mudah bosan, sehingga tujuan pembelajaran tercapai dengan maksimal.
Desain materi modul pembelajaran Mata Pelajaran PAI untuk Tuna Ghrahita Ringan sebagaimana terlampir.

2.     Uji Kelayakan Modul
Uji kelayakan modul ini dilakukan dua kali dan mengalami penyempurnaan dua kali. Pada tahap ketiga dilakukan Uji Kelayakan (Operational Field Test) dilakukan di SDLB C kelas I SLB Bhakti kencana Berbah. Jumlah siswa 7, perempuan 3 orang, laki- laki 4 orang. Tujuan uji coba tahap kedua ini adalah  untuk menindak lanjuti uji coba sebelumnya, dari kekurangan dari uji coba awal bisa diperbaiki pada tahap ini, baik yang berhubungan dengan keterlaksanaan pembelajaran, respon siswa terhadap produk,  maupun hasil belajar  siswa.
Hasil dari uji coba modul tersebut menghasilkan data keterlaksanaan pembelajaran, data respon siswa, dan data ketuntasan hasil belajar siswa.

Tabel 26. Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran pada Uji Kelayakan

NO
Komponen Langkah
Keterlaksanaan Pembelajaran (% )
Guru
Siswa
P1
P2
P3
P1
P2
P3
1
Pendahuluan
90,0%
95,0%
95,0%
80,0%
85,0%
95,0%
2
Kegiatan inti
90,0%
95,0%
100%
80,0%
85,0%
95,0%
3
Penutup
90,0%
95,0%
100%
80,0%
85,0%
100,%
3
Rerata
90,0%
95,0%
98,0%
80,0%
85,0%
97,0%

          Keterangan :
P1 : Pertemuan pertama
P2 : Pertemuan kedua
P3 : Pertemuan ketiga

Uji kelayakan terhadap respon siswa selama pembelajaran menggunakan modul PAI dapat diketahui dari angket yang  diisi guru pendamping setelah selesai pembelajaran, angket diberikan kepada  guru pendamping sebagai observer. Data dari hasil respon siswa berupa skor dikonversikan menjadi nilai skala lima. Hasil konversi skor menjadi nilai skala lima dapat dilihat pada tabel 18.
Data hasil respon siswa pada uji coba lapangan  secara ringkas disajikan pada tabel 27,28, 29, 30 berikut ini:
Tabel 27.
Data Hasil Respon Siswa Terhadap modul pembelajaran PAI ditinjau dari Aspek Materi pada uji coba lapangan

NO
Indikator Respon
Rerata Skor
1
Kejelasan materi dalam modul
4,0
2
Kesesuaian materi dengan kemampuan siswa
4,0
3
Kemudahan materi dalam modul
3,5
4
Keruntutan/sistematis materi
4,0
5
Kesesuaian materi yang di sajikan dengan keadaan sehari-hari
3,5
Skor  Total
19,0


Tabel 28. Data Hasil Respon Siswa  Terhadap Modul  Pembelajaran PAI ditinjau dari Aspek Keterbacaan Bahasa dan Gambar Pada Uji Coba lapangan
No
Indikator Respon
Rerata Skor
1
Kejelasan penggunaan kalimat
4,0
2
Kemudahan pemahaman kalimat
4,0
3
Penggunaan bahasa sehari- hari
4,0
4
Kemudahan dalam memahami istilah- istilah yang digunakan
4,0
5
Kejelasan gambar yang digunakan
4,0
6
Kemudahan dalam memahanmi gambar
4,0
Skor Total
24,0

Tabel 29. Data Hasil Respon Siswa  Terhadap Modul  Pembelajaran PAI dari Aspek Penyajian Pada Uji Coba lapangan

NO
Indikator Respon
Rerata Skor
1
Kemampuan membangkitkan motivasi belajar
4,0
2
Kemampuan memberi kesempatan dalam melaksanakan tugas secara mandiri
4,0
3
Kemampuan menuntun berfikir kritis
4,0
4
Kemampuan  menuntun aktif
4,0
5
Kemampuan melatih keberanian
4,0
6
Penyajian gambar menarik
3,8
7
Penyajian gambar sistematis
3,9
8
Penyajian rangkuman materi
3,9
9
Penyajian  glosarium
3,9
10
Penyajian Daftar pustaka
3,9
Total Skor
39.4

Tabel 30. Data Hasil Respon Siswa  Terhadap Modul  Pembelajaran PAI ditinjau dari Aspek Tampilan Pada uji Coba lapangan

NO
Indikator Respon
Rerata Skor
1
Letak gambar (keseimbangan teks dengan gambar)
4,0
2
Ukuran gambar
4,0
3
Warna gambar
4,0
4
Bentuk gambar
4,0
5
Penggunaan huruf (jenis dan ukurannya)
4,0
6
Sampul modul
4,0
Total Skor
4,0
Data di atas menunjukkan bahwa:

Hasil uji kelayakan bidang keterlaksanaan pembelajaran, berdasarkan pada tabel 16. Diketahui bahwa keterlaksanaan RPP untuk pertemuan pertama, hasil keterlaksanaan RPP pada uji coba lapangan tersebut disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut :


                         Gambar 9. Diagram Hasil Keterlaksanaan RPP pada Uji Coba Tahap kedua

  Dari diagram tersebut dapat diketahui bahwa mulai pertemuan pertama sampai ketiga. Kemampuan guru dalam pengelolaan waktu mengalami peningkatan, dibandingkan  pada uji coba awal, sehingga alokasi waktu yang disediakan sesuai yang sudah direncanakan, dan siswa juga mengalami peningkatan.



3.      Analisis Hasil Respon Siswa
Berdasarkan data pada tabel 27, 28, 29, dan 30 diketahui bahwa respon siswa terhadap modul pembelajaran PAI hasil pengembangan dari aspek materi mendapatkan skor 19, dari aspek keterbacaan bahasa dan gambar mendapatkan skor total 39, aspek penyajian skor total 19,0 dan tampilan memdapatkan skor total 4,0. Berdasarkan tabel skala penilaian  (tabel 18), maka dapat dinyatakan bahwa modul pembelajaran PAI dari aspek materi, aspek keterbacaan bahasa dan gambar, aspek penyajian dan aspek tampilan mendapatkan nilai B kategori “baik“
Dari Tabel 27, 28, 29, dan 30 diketahui bahwa respon siswa terhadap modul pembelajaran PAI hasil pengembangan dari aspek materi, aspek bahasa dan gambar, penyajian dan aspek penampilan memberikan respon yang sama yaitu dengan nilai B kategori “Baik”. Namun jika dilihat pada tabel 29, terlihat bahwa ada salah satu indikator dari aspek memahami materi bacaan  memiliki rerata terendah. Hal ini bermakna, bahwa siswa masih belum memahami  bacaan dalam modul, karena memang anak belum mampu membaca dengan lancar. Dalam hal ini peneliti lebih cenderung membaca gambar, dan anak lebih cepat memahaminya, dan ini mampu melatih anak untuk belajar secara mandiri, dan adanya peningkatan hasil  pembelajaran PAI dengan modul yang sudah dipersiapkan.

4.     Analisis Hasil Ketuntasan Belajar Siswa
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa modul mampu menaikkan rerata nilai pos-test terhadap rerata nilai pre-test (dari rerata 44,0 menjadi 84,0). Ada kenaikan sebesar 40,0, dan nilai tersebut merupakan nilai effect size, ketika belajar modul hasil pengembangan. Hal ini membuktikan terjadinya peningkatan pemahaman siswa dalam materi pembelajaran shalat. Bila dilihat dari ketuntasan belajar sebesar 70,0, maka dapat dikatakan bahwa 97% siswa tuntas.
Hasil penilaian terhadap kemampuan siswa mempraktikkan gerakan shalat didapatkan rerata 84,0 artinya siswa telah mencapai ketuntasan dari aspek kognitif Apabila dilihat dari nilai ketuntasa belajar 70.0, maka 100% anak tuntas dalam aspek psikomotor, Sedangkan hasil dari aspek afektif, siswa sudah 90% mencapai nilai ketuntasan.
Berdasarkan hasil analisis terhadap data dari kegiatan pembelajaran  pada uji coba lapangan tahap dua ini dapat dikatakan bahwa  pembelajaran dengan modul PAI  hasil dari pengembangan, efektif  untuk pembelajaran  karena siswa bisa tuntas belajar sampai 90 %.
Modul kemudian lebih disempurnakan dengan revisi produk yang digunakan pada uji cobaskala besar, revisi ini berdasarkan hasil pembelajaran dengan menggunakan modul. Hal-hal yang diperbaiki antara lain:
a.            Evaluasi lebih terfokus pada praktik.
b.            Gambar shalat hendaknya lebih menarik (dibuat animasi).
c.            Perlu ditulis bacaan shalat dengan sesuai ejaannya.
d.  Produk hasil revisi pada tahap ketiga ini merupakan produk akhir, hasil dari hasil  pengembangan dapat dilihat pada Modul terlampir.
Dalam proses pembelajaran PAI dengan menggunakan modul, hasil uji coba lapangan ditemukan hasil sebagai berikut:
              a.     Siswa memahami tentang nama-nama, dan cara mempraktikkan gerakan shalat dengan benar. Hal ini dibuktikan rerata pencapaian KKM, yaitu mampu secara kognitif maupun praktik.
             b.     Adannya kemampuan melaksanakan gerakan.
              c.     Adanya perhatian, munculnya motivasi.
             d.     Adanya sikap kemandirian.
Adanya empat temuan tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran PAI dengan modul yang dikembangkan adalah efektif. Tercapainya keefektifan dalam pembelajaran tersebut tentunya didukung dengan kesesuaian pengembangan modul yang sesuai dengan karakteristik anak tunagrahita ringan kelas I.
Dengan demikian, berdasarkan kajian akhir tersebut dapat dikatakan bahwa modul pembelajaran PAI hasil pengembangan ini merupakan produk yang telah layak untuk digunakan dalam pembelajaran PAI. Kelayakan tersebut juga didukung oleh rerata penilaian dari dari keempat aspek (aspek kelayakan isi, aspek bahasa dan gambar, aspek penyajian dan kegrafisan), dari ahli, guru PAI, dan teman sejawat.
Karakteristik lain dari modul pembelajaran PAI  hasil pengembangan ini adalah beberapa keunggulan yang dimilikinya antara lain: Berbasis KTSP, disusun berdasarkan kaidah-kaidah penulisan modul pembelajaran, terdapat umpan balik didalamnya, ada kesempatan siswa untuk berlatih keberanian, sehingga memungkinkan untuk diimplementasikan pada siswa melalui pembelajaran disekolah maupun di rumah. Berdasarkan pembahasan kajian produk akhir tersebut layak untuk digunakan.

5.     Validasi
Setelah mengalami tiga tahap validasi, yaitu tahap pertama dilakukan validasi ahli, validasi guru PAI, validasi teman sejawat, selanjutnya uji tahap kedua, dengan demikian modul PAI dengan telah selesai dikembangkan.
Dari Aspek Kelayakan Isi, modul dinilai positif. Menurut ahli, guru PAI, dan guru pendamping, modul pembelajaran hasil pengembangan masuk kategori “baik”, dengan indikator sebagai berikut: kejelasan materi modul, kesesuaian antara materi dengan kemampuan siswa, kemudahan materi dalam modul, keruntutan/sistematis materi, kesesuaian materi dengan keadaan sehari-hari. Penilaian tersebut tentunya sangat berkaitan dengan proses pengembangan modul, yang mana dalam pembuatan materi merujuk pada beberapa literatur yang berisi konsep-konsep PAI yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dari Aspek Bahasa dan Gambar, juga menunjukkan hasil yang positif. Hasil penilaian ahli, guru PAI dan teman sejawat terhadap modul pembelajaran terhadap hasil pengembangan menunjukkan kualitas modul kategori ’Baik”. Adapun indikatornya adalah: Kemudahan menggunakan kalimat, penggunaan bahasa sehari- hari, kemudahan memahami istilah yang digunakan, kejelasan gambar yang digunakan.
Dari Aspek Penyajian, modul sinilai positif. Hasil penilaian dari ahli, guru PAI, teman sejawat, ditinjau dari aspek penyajian termasuk kategori: “Baik”. Hasil penilaian tersebut mengindikasikan bahwa modul pembelajaran PAI tersebut memiliki kemampuan membangkitkan motivasi belajar, kemampuan menuntut berfikir kritis, menuntun berfikir aktif, melatih keberanian, kemudahan dalam penggunaannya, tampilannya menarik, sehingga dapat  menjadikan ketertarikan, motivasi dan membantu siswa dalam pemahaman materi. Hal tersebut sesuai dengan tujuan dari penulisan modul pembelajaran yang digunakan dalan proses pembelajaran adalah untuk meningkatkan motivasi, gairah belajar siswa, dan memungkinkan siswa dapat belajar secara mandiri sesuai dengan kemampuannya.
Dari Aspek Kegrafisan modul menunjukkan hasil yang  positif. Hasil penilaian ahli, guru PAI, dan guru pendamping terhadap modul pembelajaran tersebut menunjukkan  bahwa kualitas modul ditinjau dari aspek penyajian termasuk kategori “Sangat baik”. Hasil penilaian tersebut mengindikasikan bahwa modul pembelajaran PAI tersebut memiliki tingkat kegrafisan yang sangat tinggi, yaitu keseimbangan teks dengan gambar, ukuran gambar, penggunaan huruf, sampul modul yang menarik, sehingga mempermudah siswa memahami materi dalam modul. Untuk menghasilkan modul pembelajaran yang  berfungsi secara efektif dalam pembelajaran, modul perlu dirancang dan dikembangkan dengan memperhatikan beberapa elemen seperti: format, daya tarik, ukuran huruf, spasi, dan konsisten.

D.    Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa  Modul PAI untuk kelas 1 SD Tuna Ghrahita yang layak dipakai dalam pembelajaran  adalah Modul yang berprinsip; (a) dari yang mudah ke yang sulit, dari yang kongkrit ke abstrak, dari yang sederhana ke yang komplek, (b) sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa; (c) menekankan keterampilan fungsional, dengan kondisinya; (d) menarik dan membantu penyajian. Desain modul yang dikembangkan berisi langkah-langkah yang lebih lengkap dari yang sudah ada, sehingga dapat mempermudah siswa dalam pembelajaran.
Komponen yang terdapat dalam modul meliputi: (1) Kata Pengantar; (2) Pengesahan; (3) Daftar isi; (4) Pedoman petunjuk penggunaan modul  bagi guru dan siswa; (5) Standar Kompetensi (SK); (6) Kompetensi  Dasar (KD); (7) Indikator; (8) Tujuan Pembelajaran; (9) Peta konsep; (10) Advance organizer; (11) Kosa kata PAI; (12) Aktivitas pembelajaran PAI (Praktik), kegiatan mempraktikkan materi yang sudah dipelajari; (13) Asah pemahaman; (14) Jendela PAI; (15) Appersepsi; (16) Materi pembelajaran; (17) Rangkuman; (18) Mari berfikir; (19) Mari mencoba; (20) Asah Pemahaman; (21) Rangkuman; (22) Uji Kemampuan; (23) Umpan Balik dan tindak lanjut; (24) Refleksi diri; (25) Evaluasi; (26) Kunci jawaban; (27) Daftar pustaka atau referensi.
Hasil uji kelayakan menunjukkan bahwa modul yang dikembangkan: (1) Mempunyai Kelayakan Isi dengan kategori Baik karena  memiliki indikator kejelasan materi modul, kesesuaian antara materi dengan kemampuan siswa, kemudahan materi dalam modul, keruntutan/sistematis materi, kesesuaian materi dengan keadaan sehari-hari; (2) Dari aspek bahasa dan gambar juga menunjukkan hasil Baik karena memiliki indikator kemudahan menggunakan kalimat, penggunaan bahasa sehari- hari, kemudahan memahami istilah yang digunakan, kejelasan gambar yang digunakan; (3) Dilihat dari aspek penyajian menunjukkan hasil Baik karena memiliki indikator membangkitkan motivasi belajar, kemampuan menuntut berfikir kritis, menuntun berfikir aktif, melatih keberanian, kemudahan dalam penggunaannya, tampilannya menarik, sehingga dapat  menjadikan ketertarikan, motivasi dan membantu siswa dalam pemahaman materi; (4) Dari aspek penyajian termasuk kategori “Sangat baik“ karena memiliki keseimbangan teks dengan gambar, ukuran gambar, penggunaan huruf, sampul modul yang menarik, sehingga mempermudah siswa memahami materi dalam modul. 




DAFTAR PUSTAKA


Abdurrahman, Mulyono dan Sudjadi. 1994. Pendidikan Luar Biasa Umum, Jakarta : Depdikbud, Dikti, PPTA.

Abdul Rohman. 2012. Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Membuat Minuman Susu Jahe pada Anak Tunagrahita Ringan di SLB ABC YPLAB Lembang. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses melalui repository.upi.edu.

Agus Suprijono. 2011. Cooperative Learning. Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ali Mudlofir. 2008. Aplikasi Pengembangan Kurikulum tingkat satuan Pendidikan dan Bahan Ajar. Jakarta: Balai Pustaka.

Arifin, M. 1998. Hubungan Timbal balik Pendidikan Agama dilingkungan keluarga dan sekolah, Jakarta: Bulan Bintang.

Arifin, Zainal. 2011. Konsep dan Mosel Pengembangan Kurikulum, Bandung : PT Remaja Rosdakarta.

Asifudin, Ahmad Janan. 2010. Mengungkit Pilar- Pilar pendidikan Islam: Tinjauan Filosofi , Yogyakarta: Ska Press.

Aziz Fuadi. 2011. “Telaah Kurikulum Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Luar Biasa“. Tesis. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga.

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Arr-Ruzz Media.

Bambang Prasetyo. 2005. MetodePenelitian kualitatif. Jakarta: PT. Gravindo Persada.

Belawati, Tian. 2003. Materi Pokok Pengembangan Bahan Ajar Edisi ke Satu. Jakarta: Universitas Terbuka.

Borg, W.R., & Gall, M.D. (1983). Educational research: An introduction. (4th ed). New York & London: Longman.

BSNP. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar PAI, Jakarta: Depdiknas.

Dian Permatasari. 2009. “Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Solusinya pada Anak Autis di Sekolah Luar Biasa (SLB) Idayu Malang”. Skripsi. Malang: Fakultas Tarbiyah UIN Malang.

Endang Poerwanti, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SLB, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
Gay, LR. 1981. Educational Reseach. Ohio: Charles E. Memil Publishing co.
Hadi, Sutrisno. 1994. Metodologi Research, Yogykarta: Press UGM.

Mariana Karim. 1998. Pemilihan Bahan Pengajaran. Jakarta: Penlok P3G.

Muhaimin. 2008. Modul Wawasan tentang Pengembangan Bahan Ajar. Malang: LKP2-I.

Mulyasa. 2005. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Puskur PLB. 2006. kurikulum SLB dan standar Isi. Jakarta: Depdiknas.
Rowntree (1974) dalam (http://filsafatmeningkatkantarafhidup.blogspot. com/2012/06/scope-and-squence-pengembangan.html) diakses pada tanggal 8 September 2012/ 19.00 WIB

Siti Munfadilah. 2008. “Manajemen Pendidikan Agama Islam Bagi anak berkebutuhan Khusus”. Tesis. Yogyakarta: PPs Universitas Islam Negeri.

Soemantri, Sutjihati. 1985. Identifikasi anak luar Biasa, Jakarta: Dikdasmen.

Sudrajat Ahmad. 2008. Konsep Pengembangan Bahan Ajar. Diakses melalui http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/04/ konsep-pengembangan-bahan-ajar-2/, 21 Februari 2008.

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.

Suharsimi, Tin. 2009. Psikologi Anak berkebutuhan Khusus, Yogyakarta: Kanwa Publisher.

-------------, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Persada.

Sukardjo, (2004). Desain pembelajaran: evaluasi pembelajaran. Hand-out perkuliahan : PPs Universitas Negeri Yogyakarta. Tidak Diterbitkan.

Sukmadinata, N.A. 2001. Pengembangan KurikulumTeori dan Praktik, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Surtikanti. 2005. “Pengembangan bahan Ajar berbantuan Komputer Untuk memfasilitasi Active Learning”. Tesis. Yogyakarta: IKIP.

Sutjihati. 1989. Identifikasi anak luar Biasa. Jakarta: Dikdasmen.

Sutijihati Somantri. 2008. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT.Refika Aditama.

Tim Depdiknas. 2006. Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas.

Toto Rahmat. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : PT RajaGravindo Persada, 2011

Tumanggor, Rusmini. 2009. Pendidikan Agama di SLB. Jakarta: Dipais Depag RI.

Tutik Munawaroh. 2009. “Problematika Belajar Pendidikan Agama Islam pada Anak Tunagrahita (SLB B/C YPPLB Ngawi Kabupaten Ngawi.” Skripsi. Surakarta: UMS.

Tri Mulat. 2011. “Problematika Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Anak Penyendang Tunagrahita di SLB PGRI Tri Mulyo Kabupaten Bantul.” Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyarta.

Wahyana. 2009. Makalah, Pengertian anak Tunagrahita dan ciri- cirinya. Diakses dari http://www.pabk-4you.com/2012/06/pengertian-anak-tunagrahita-sedang.html tanggal 19 Februari 2013.

Wiji Hidayati. 2010. Pengembangan Bahan Ajar Mata Kuliah Psikologi Perkembangan (Pendekatan Integrasi–Interkoneksi). Tesis. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga.

Wardani. 2007. Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Depdiknas.



[1]    Hujair AH. Sanaky adalah Dosen Program Pascasarjana dan Dosen Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia. Tulisan ini adalah hasil penelitian yang dikerjakan oleh Hujiar AH. Sanaky bersama Fitriyah Rohmatin dan Lukman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar