Rabu, 09 Agustus 2017

Analisis: Mengembangkan Model Ideal Pendidikan Islami





Analisis: 
Mengembangkan Model Ideal Pendidikan Islami
Oleh: Hujair AH. Sanaky





Suatu analisis: Pendidikan berbasis nilai Islami adalah pendidikan yang dipahami dan dikembangkan serta disusun dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumbernya al-Qur’an dan Hadis. Ahmad Syafii Ma’arif, model pendidikan Islam,  tidak lagi menjebak kita dalam bentuk kehidupan yang sekuler atau model pendidikan yang hanya menyelipkan ayat-ayat” atau hanya sekedar justifikasi ayat-ayat al-Qur’an untuk melegitimasi persoalan-persoalan dalam proses pengajaran (baca:Ahmad Syafii Ma’arif, 1997:66)
Mencermati kondisi pendidikam Islam sekarang ini, maka lembaga pendidikan Islam, katakan saja UII, sudah harus berani merekonstruksi dan mengembangkan pendidikan berbasis nilai-nilai Islami, didasarkan pada telaah; (1) keterpaduan fondasi filosofis dan teori yang mendasari sistem pendidikan Islam; (2) pendidikan yang dikembangkan dan dijabarkan atas dasar asumsi-asumsi yang kokoh dan jelas tentang; (a)  konsep ketuhanan (ilahiyah); (b) konsep dasar manusia (insaniyah), humanis; (c) konsep dasar tentang alam semesta atau comologis; (d) konsep tentang lingkungan sosial-kultural; (e) konsep ilmu pengetahuan dan teknologi, diintegrasikan dengan al-Qur’an-hadis, secara utuh, integratif, komprehensif, interaktif, sehingga mampu menjawab persoalan-persoalan kehidupan umat manusia; (3) menganalisis asumsi-asumsi masa depan yang ingin diujudkan oleh produk pendidikan Islami.
Dari asumsi masa depan yang ingin diwujudkan,maka pendidikan Islami harus didasarkan pada nila-nilai (values) ilahiyah,dikembangkan dengan visi  dan misi pendidikan yang jelas terarah, baik pada tingkat makro maupun mikro, yaitu; (1) Untuk mengembangkan visi pendidikan Islami pada tingkat makro, diperlukan perumusan pendidikan Islami yang dapat menunjang transformasi menuju masyarakat berkeadaban, memiliki identitas berdasarkan nilai-nilai Islam. Menitikberatkan pada pembentukan ’abd atau hamba Allah, manusia yang memiliki aktualisasi diri, kreatif, inovatif, dan interperdulian terhadap perubahan. (2) Untuk mengembangkan visi pada tingkat mikro, perumusan pendidikan Islami harus dapat menghasilkan manusia religius ilahiyah,manusia berbudaya-berperadaban,  memiliki pengetahuan dan teknologi, memiliki keterampilan dan profesional,  memiliki integritas pribadi yang merdeka, manusia berkepribadian, moral dan akhlakul karimah, memiliki sikap toleransi kemanusia tinggi, menghargai hak asasi manusia, memiliki orientasi global, tapi berpikir dalam konteks lokal.  (3) Tujuan dan kurikulum pendidikan Islam harus didasarkan pada: prinsip menyeluruh, serasi, efisien, efektivitas, dan dinamis; orientasinya harus jelas, bersifat problematik, strategis, antipatif, menyentuh aspek praktis dan kebutuhan manusia;  membangun dan mengembangkan manusia, masyarakat secara utuh, menyeluruh sebagai insan kamilyang bertaqwa.
Untuk merekonstruksi dan mengembangkan pendidikan berbasis nilai-nilai Islami, harus didasarkan pada telaah dan atau diperlukan fondasi filosofis, visi, misi, tujuan, kurikulum, metodologi, dan  al-Qur’an dan Hadis sebagai dasar yang melatarbelakangi praktek pendidikan Islami itu sendiri, yaitu: 
Pertama, landasan filosofis dan teori pendidikan Islami,  harus dikembangkan dan dijabarkan atas dasar asumsi-asumsi yang kokoh dan jelas tentang: (a) konsep dasar ketuhanan (ilahiyah), (b) konsep dasar manusia (insaniyah), (c) konsep dasar alam semesta dan lingkungan.Konsep ini disebut dengan “teo-antrposentris-cosmologis”yang didasarkan pada al-Qur’an dan Hadis secara utuh, integratif dan interaktif. Dengan kata lain, kerangka dasar pengembangan pendidikan Islami adalah  filsafat dan teori pendidikan yang sesuai dengan al-Qur’an dan Hadis.Tentu saja, konsep pendidikan Islami tidak akan terlepas dari filsafat ketuhanan (ilahiyah)“teosentris” sebagai sumber nilai (value), untuk motivasi pemikirannya,relevan dengan kepentingan manusia dan umat manusia. Pendidikan Islami tidak akan terlepas dari filsafat manusia “antroposentir”  yang dapat membangun kehidupannya, mengembangkan potensi manusia seutuhnya “insan kamil”, yaitu manusia yang bertaqwa, berpengetahuan, berketerampilan, merdeka, berbudaya, kristis, toleran, taat hukum dan hak asasi, relevan dengan lingkungan dan alam semesta. Pengembangan pendidikan Islami, tidak lepas dari persoalan lingkungan manusia dan alam semesta atau “cosmologis” yang merupakan sumber kehidupan dan lingkungan yang selalu berubah mengikuti irama zaman dan perubahan.
Kedua, visi  dan misi  pendidikan Islami, harus dirumuskan secara jelas dan tepat, sebab misi pendidikan menentukan arah, langkah-langkah, dan peta  perjalanan untuk mewujudkan visi.Tentu saja, visi  dirumusan dalam bentuk pikiran yang melampaui realitas sekarang.Artinya sesuatu yang ingin diciptakan, sesuatu yang akan diwujudkan harus dinyatakan dalam bentuk kalimat yang jelas, posetif, realis, menentang, mengundang partipasi. Menunjukkan asumsi tentang gambaran masa depan yang ingin diwujudkan, didasarkan pada nila-nilai (values)ilahiyah.Perumusan misi dan visi pendidikan Islami,  tidak akan terpisahkan dari tugas  manusia sebagai khalifah fil ardi”, dalam rangka membangun kehidupan dunia yang makmur, sejahtera, demokrasi, adil, dinamis, harmonis, lestasi, didasarkan pada nilai-nilai ilahiyah, kemanusian, dan nilai-nilai universal.  Visi,  dirumuskan bersifat makro dan mikro.  Pada tingkat makro,  bagaimana pendidikan Islami dapat menunjang transformasi menuju masyarakat yang memiliki identitas berdasarkan nilai-nilai Islam yang terdapat dalam al-Qur’an dan Hadis.  Pada tingkat mikro,  bagimana pendidikan Islami menghasilkan manusia religius ilahiyah, humanis,  berbudaya, berperadaban dengan memiliki pengetahuan dan teknologi, keterampilan, profesional, memiliki integritas pribadi yang merdeka, memiliki kepribadian, moral dan akhlakul karimah, memiliki sikap toleransi kemanusia yang tinggi, menghargai hak sasi manusia, serta memiliki orientasi global dan berpikir lokal dalam kehidupan.
Ketiga, tujuan pendidikan Islami harus didasarkan pada prinsip menyeluruh, serasi, efisien, efektivitas, dan dinamis.  Orientasinya harus jelas, bersifat problematik, strategis, antipatif dan menyentuh aspek praktis dan kebutuhan manusia.  Tujuan pendidikan Islami,  membangun dan mengembangkan manusia, masyarakat secara utuh, menyeluruh sebagai insan kamil dalam semua aspek kehidupan yang berbudaya dan berperadaban yang tecermin dalam kehidupan manusia bertaqwa dan beriman, berpengetahuan, berketerampilan, beramal shaleh, berkepribadian, bermoral anggun dan berakhlakul karimah, dalam rangka memperoleh kesejahteraan, kebahagian dan keselamatan duniawiyah dan ukhrawiyah.  Dari kerangka ini, dapat dikatakan bahwa tujuan yang dirumuskan meliputi aspek ilahiyah (teosentris), jasmaniah,  intelektual,  kebebasan, mental, akhlak, professional, karya (amaliyah),untuk mewujudkan manusia  sebagai “insan kamil” dalam kehidupannya.
Keempat, kurikulum pendidikan Islami, dikembangkan lebih bersifat problematik, strategis, antipatif dan aplikatif untuk memecahkan problem-problem kehidupan yang dihadapi umat manusia. Kurikulum didasarkan pada kemampuan Islamiyah, pengetahuan, keterampilan dan sikap dengan diorientasikan dan disesuaikan dengan misi, visi, dan tujuan, kebutuhan peserta didik masa kini dan masa akan datang, berkorelasi dengan pembangunan  sosial, kesejahteraan masyarakat, berkorelasi dengan budaya, konteks  lokal dan global.  Kurikulum, bersifat lentur dan adaptif terhadap perubahan untuk menjawab tuntutan, tantangan perubahan dan kebutuhan manusia.  Intinya,   disain program kurikulum pendidikan Islami harus diorientasikan pada learning competency, yaitu  competency Islamiyah, knowledge, skill, abilty,  sosial-kultural,  didasarkan pada nilai-nilai Islami yang terdapat dalam Qur’an dan Hadis.Kurikulumpendidikan Islami harus menganut konsep“integratedcurriculum, artinya perpaduan, koordinasi, harmonis, dan kebulatan materi-materi pendidikan dengan ajaran Islam.Bukan separated subject curriculum maunpun correlated curriculum(baca: S.Nasution:1990,162).Menurut penulis untuk UII, sebaiknya menganut konsep integratedcurriculum, artinya proses pendidikan akan memberikan penyeimbangan antara kajian-kajian agama dengan kajian sains  dalam pendidikan Islami(Hujair AH. Sanaky:2008,89-90).
Kelima, pendidikan Islami harus mampu mengembangkan sumber daya manusia berkualitas yang dilandasai dengan nilai-nilai ilahiyah, kemanusian (insaniyah), masyarakat, lingkungan, dan berbudaya-berperadaban.  Dalam kerangka ini,  pendidikan Islami harus berupaya untuk:  (1) mengembangkan konsep pendidikanintegralistik, yaitu pendidikan  secara utuh berorientasi pada Ketuhanan(Rabbaniyah), kemanusiaan (insaniyah) dan alam (cosmologis) pada umumnya (alamiyah) sebagai suatu yang integralistik bagi perwujudan kehidupan yang rahmatan lil ‘alamin;(2) mengembangkan konsep pendidikan humanistik, pendidikan yang berorieintasi dan memandang manusia sebagai manusia (humanisasi) dengan menghargai nilai-nilai asasi manusia-nya, hak menyuarakan pendapat walaupun berbeda, mengembangkan potensi berpikir, berkemauan dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai Islam;(3)  mengembangkan konsep pendidikan pragmatis, memandang manusia sebagai makhluk yang selalu membutuhkan sesuatu untuk melangsungkan, mempertahankan dan mengembangkan hidupnya baik jasmani maupun rohani.Mewujudkan manusia yang sadar akan kebutuhan-kebutuhan hidupnya, peka terhadap masalah-masalahkemanusiaan, dan lingkungannya; (4) mengembangkan konsep pendidikan yang berakar pada budaya,dapat mewujudkan manusia yang mempunyai kepribadiaan, harga diri, percaya pada kemampuan sendiri, membangun budaya berdasarkan budaya sendiri dan berdasarkan nilai-nilai ilahiyah.(Hujair AH. Sanaky:2003,301). Semoga tulisan bermanfaat, amin.

Dr. Hujair AH.Sanaky,  MSI
Ketua Program PascaSarjana MSI FIAI UII, Dosen PPs FIAI UII, dan Dosen Prodi PAI FIAI Yogyakarta.
Tulisan ini telah dimuat di UII News, Edisi 158 Th.XIII, Juni 2016.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar