Analisis:
Mengembangkan Model Ideal Pendidikan Islami
Oleh: Hujair AH. Sanaky
Suatu analisis: Pendidikan berbasis nilai Islami adalah pendidikan yang dipahami dan
dikembangkan serta disusun dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang
terkandung dalam sumbernya al-Qur’an dan Hadis. Ahmad Syafii Ma’arif, model pendidikan Islam, tidak lagi menjebak kita dalam bentuk
kehidupan yang sekuler atau model pendidikan yang hanya menyelipkan ayat-ayat”
atau hanya sekedar justifikasi ayat-ayat al-Qur’an untuk melegitimasi
persoalan-persoalan dalam proses pengajaran (baca:Ahmad Syafii Ma’arif,
1997:66)
Mencermati kondisi pendidikam Islam sekarang ini, maka lembaga
pendidikan Islam, katakan saja UII, sudah harus berani merekonstruksi dan
mengembangkan pendidikan berbasis nilai-nilai Islami, didasarkan pada telaah;
(1) keterpaduan fondasi filosofis dan teori yang mendasari sistem pendidikan
Islam; (2) pendidikan yang dikembangkan dan dijabarkan atas dasar asumsi-asumsi
yang kokoh dan jelas tentang; (a) konsep
ketuhanan (ilahiyah); (b) konsep dasar manusia (insaniyah),
humanis; (c) konsep dasar tentang alam semesta atau comologis; (d) konsep
tentang lingkungan sosial-kultural; (e) konsep ilmu pengetahuan dan teknologi, diintegrasikan
dengan al-Qur’an-hadis, secara utuh, integratif, komprehensif, interaktif,
sehingga mampu menjawab persoalan-persoalan kehidupan umat manusia; (3)
menganalisis asumsi-asumsi masa depan yang ingin diujudkan oleh produk
pendidikan Islami.
Dari asumsi masa depan yang ingin diwujudkan,maka
pendidikan Islami harus didasarkan pada nila-nilai (values) ilahiyah,dikembangkan
dengan visi dan misi pendidikan yang
jelas terarah, baik pada tingkat makro maupun mikro, yaitu; (1) Untuk
mengembangkan visi pendidikan Islami pada tingkat makro, diperlukan perumusan
pendidikan Islami yang dapat menunjang transformasi menuju masyarakat berkeadaban,
memiliki identitas berdasarkan nilai-nilai Islam. Menitikberatkan pada
pembentukan ’abd atau hamba Allah, manusia yang memiliki aktualisasi diri,
kreatif, inovatif, dan interperdulian terhadap perubahan. (2) Untuk
mengembangkan visi pada tingkat mikro, perumusan pendidikan Islami harus dapat
menghasilkan manusia religius ilahiyah,manusia berbudaya-berperadaban, memiliki pengetahuan dan teknologi, memiliki keterampilan
dan profesional, memiliki integritas
pribadi yang merdeka, manusia berkepribadian, moral dan akhlakul karimah, memiliki
sikap toleransi kemanusia tinggi, menghargai hak asasi manusia, memiliki
orientasi global, tapi berpikir dalam konteks lokal. (3) Tujuan dan kurikulum pendidikan Islam
harus didasarkan pada: prinsip menyeluruh, serasi, efisien, efektivitas, dan
dinamis; orientasinya harus jelas, bersifat problematik, strategis, antipatif,
menyentuh aspek praktis dan kebutuhan manusia;
membangun dan mengembangkan manusia, masyarakat secara utuh, menyeluruh
sebagai insan kamilyang bertaqwa.
Untuk merekonstruksi dan
mengembangkan pendidikan berbasis nilai-nilai Islami, harus didasarkan pada
telaah dan atau diperlukan fondasi filosofis, visi, misi, tujuan, kurikulum, metodologi, dan al-Qur’an dan Hadis sebagai dasar yang
melatarbelakangi praktek pendidikan Islami itu sendiri, yaitu:
Pertama, landasan filosofis dan
teori pendidikan Islami, harus
dikembangkan dan dijabarkan atas dasar asumsi-asumsi yang kokoh dan jelas
tentang: (a) konsep dasar ketuhanan (ilahiyah), (b) konsep dasar manusia (insaniyah), (c) konsep dasar alam semesta
dan lingkungan.Konsep ini disebut dengan
“teo-antrposentris-cosmologis”yang didasarkan pada al-Qur’an
dan Hadis secara utuh, integratif dan interaktif. Dengan kata lain, kerangka
dasar pengembangan pendidikan Islami adalah
filsafat dan teori pendidikan yang sesuai dengan al-Qur’an dan Hadis.Tentu saja, konsep pendidikan Islami tidak akan terlepas dari filsafat
ketuhanan (ilahiyah)“teosentris” sebagai sumber nilai (value), untuk motivasi pemikirannya,relevan dengan kepentingan manusia dan umat manusia. Pendidikan Islami tidak akan terlepas dari filsafat manusia “antroposentir” yang dapat membangun kehidupannya,
mengembangkan potensi manusia seutuhnya “insan
kamil”, yaitu manusia yang bertaqwa, berpengetahuan, berketerampilan, merdeka,
berbudaya, kristis, toleran, taat hukum dan hak asasi, relevan dengan
lingkungan dan alam semesta. Pengembangan pendidikan Islami, tidak lepas dari persoalan lingkungan manusia dan alam
semesta atau “cosmologis” yang merupakan sumber
kehidupan dan lingkungan yang selalu berubah mengikuti irama zaman dan perubahan.
Kedua, visi dan
misi pendidikan Islami, harus dirumuskan secara jelas dan tepat, sebab misi
pendidikan menentukan arah, langkah-langkah, dan peta perjalanan untuk mewujudkan visi.Tentu saja, visi
dirumusan dalam bentuk pikiran yang melampaui realitas sekarang.Artinya sesuatu yang ingin diciptakan, sesuatu yang akan
diwujudkan harus dinyatakan dalam bentuk kalimat yang jelas, posetif, realis,
menentang, mengundang partipasi. Menunjukkan asumsi tentang gambaran masa depan
yang ingin diwujudkan, didasarkan pada nila-nilai (values)ilahiyah.Perumusan misi dan visi pendidikan Islami, tidak akan terpisahkan dari tugas manusia sebagai “khalifah fil ardi”, dalam rangka membangun kehidupan dunia yang
makmur, sejahtera, demokrasi, adil, dinamis, harmonis, lestasi,
didasarkan pada nilai-nilai ilahiyah, kemanusian, dan nilai-nilai universal. Visi, dirumuskan bersifat makro dan
mikro. Pada tingkat makro, bagaimana pendidikan Islami dapat menunjang transformasi menuju masyarakat yang
memiliki identitas berdasarkan nilai-nilai Islam yang terdapat dalam
al-Qur’an dan Hadis. Pada tingkat mikro,
bagimana pendidikan Islami menghasilkan manusia religius ilahiyah, humanis, berbudaya, berperadaban dengan memiliki pengetahuan dan teknologi,
keterampilan, profesional, memiliki integritas pribadi yang merdeka, memiliki
kepribadian, moral dan akhlakul karimah, memiliki sikap toleransi kemanusia
yang tinggi, menghargai hak sasi manusia, serta memiliki orientasi global dan
berpikir lokal dalam kehidupan.
Ketiga, tujuan pendidikan Islami harus didasarkan pada
prinsip menyeluruh, serasi, efisien, efektivitas, dan dinamis. Orientasinya harus jelas, bersifat
problematik, strategis, antipatif dan menyentuh aspek praktis dan kebutuhan
manusia. Tujuan pendidikan Islami, membangun
dan mengembangkan manusia, masyarakat secara utuh, menyeluruh sebagai insan kamil dalam semua aspek kehidupan
yang berbudaya dan berperadaban yang tecermin dalam kehidupan manusia bertaqwa
dan beriman, berpengetahuan, berketerampilan, beramal shaleh, berkepribadian,
bermoral anggun dan berakhlakul karimah, dalam rangka memperoleh kesejahteraan,
kebahagian dan keselamatan duniawiyah
dan ukhrawiyah. Dari kerangka ini, dapat dikatakan bahwa
tujuan yang dirumuskan meliputi aspek ilahiyah
(teosentris), jasmaniah,
intelektual, kebebasan, mental,
akhlak, professional, karya (amaliyah),untuk mewujudkan manusia sebagai “insan
kamil” dalam kehidupannya.
Keempat, kurikulum pendidikan
Islami, dikembangkan lebih bersifat problematik, strategis, antipatif dan
aplikatif untuk memecahkan problem-problem kehidupan yang dihadapi umat manusia. Kurikulum didasarkan pada kemampuan Islamiyah,
pengetahuan, keterampilan dan sikap dengan diorientasikan dan disesuaikan
dengan misi, visi, dan tujuan, kebutuhan peserta didik masa kini dan masa akan
datang, berkorelasi dengan pembangunan
sosial, kesejahteraan masyarakat, berkorelasi dengan budaya,
konteks lokal dan global. Kurikulum, bersifat lentur dan adaptif terhadap perubahan untuk menjawab tuntutan, tantangan perubahan dan kebutuhan manusia. Intinya,
disain program kurikulum pendidikan Islami harus diorientasikan pada learning
competency, yaitu competency Islamiyah, knowledge, skill,
abilty, sosial-kultural, didasarkan pada nilai-nilai Islami yang terdapat dalam Qur’an dan Hadis.Kurikulumpendidikan Islami harus menganut konsep“integratedcurriculum, artinya perpaduan, koordinasi, harmonis, dan
kebulatan materi-materi pendidikan dengan ajaran Islam.Bukan separated subject curriculum maunpun correlated
curriculum”(baca: S.Nasution:1990,162).Menurut penulis untuk UII, sebaiknya menganut konsep integratedcurriculum, artinya proses pendidikan akan
memberikan penyeimbangan antara kajian-kajian agama dengan kajian sains dalam
pendidikan Islami(Hujair AH. Sanaky:2008,89-90).
Kelima, pendidikan Islami harus mampu mengembangkan sumber daya manusia berkualitas yang dilandasai
dengan nilai-nilai ilahiyah,
kemanusian (insaniyah), masyarakat, lingkungan, dan berbudaya-berperadaban. Dalam kerangka ini,
pendidikan Islami harus berupaya untuk: (1) mengembangkan konsep pendidikanintegralistik, yaitu
pendidikan secara utuh berorientasi pada
Ketuhanan(Rabbaniyah), kemanusiaan (insaniyah) dan alam (cosmologis) pada umumnya (alamiyah) sebagai suatu yang integralistik bagi perwujudan
kehidupan yang “rahmatan lil ‘alamin”;(2) mengembangkan konsep pendidikan humanistik, pendidikan yang
berorieintasi dan memandang manusia sebagai manusia (humanisasi) dengan menghargai nilai-nilai asasi manusia-nya, hak menyuarakan pendapat walaupun berbeda,
mengembangkan potensi berpikir, berkemauan dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai
Islam;(3)
mengembangkan konsep pendidikan
pragmatis, memandang manusia sebagai makhluk yang selalu membutuhkan
sesuatu untuk melangsungkan, mempertahankan dan mengembangkan hidupnya baik
jasmani maupun rohani.Mewujudkan manusia yang
sadar akan kebutuhan-kebutuhan hidupnya, peka terhadap masalah-masalahkemanusiaan, dan lingkungannya; (4) mengembangkan konsep pendidikan yang berakar pada budaya,dapat mewujudkan manusia yang mempunyai
kepribadiaan, harga diri, percaya pada kemampuan sendiri, membangun budaya
berdasarkan budaya sendiri dan berdasarkan nilai-nilai ilahiyah.(Hujair AH. Sanaky:2003,301). Semoga tulisan bermanfaat, amin.
Dr. Hujair AH.Sanaky, MSI
Ketua Program PascaSarjana MSI FIAI UII, Dosen PPs FIAI
UII, dan Dosen Prodi PAI FIAI Yogyakarta.
Tulisan ini telah dimuat di UII
News, Edisi 158 Th.XIII, Juni 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar